PALU – Sebagian besar masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) pasti mengenal sosok ini. Ia adalah salah satu tokoh pemimpin di Provinsi Sulteng masa lalu yang tercatat sebagai Gubernur Sulawesi Tengah ke 8 yang memimpin sejak tahun 1986 hingga 1996.
Sebelum menjadi Gubernur Sulteng, ia juga pernah memimpin Kabupaten Donggala dari Tahun 1966 hingga 1978.
Sosok familiar ini adalah Abdul Azis Lamadjido. Pria yang lahir pada tanggal 1 September 1932 ini sudah tutup usia pada tanggal 11 Mei 2011. Ia meninggalkan tujuh anak, 4 laki-laki dan 3 perempuan.
Ketujuh anaknya adalah dr Riri A Lamadjido, Rully A Lamadjido, Aswarni A Lamadjido, Syafruddin A Lamadjido, Rendy Affandy Lamadjido, Reny A Lamadjido, dan paling bungsu Burhanuddin A Lamadjido.
Dari 7 bersaudara itu, tiga di antaranya adalah abdi negara atau PNS, dan yang lainnya bergelut pada bidang atau profesi masing-masing, termasuk pengusaha dan politisi.
Anak ketiga, Ruly A Lamadjido yang ditemui awak media ini, Sabtu (15/02), mengakui bahwa perjalanan karir mereka bersaudara, tidak lepas dari keberadaan sang ayah.
“Kalau berbicara pernah menjabat sebagai kepala daerah atau mengikuti jejak ayah saya, itu ada 2 orang saya dan adik saya dr Reny,” ucap Ruly, didampingi sang istri.
Selain itu, tambah pria yang juga pernah menjabat Wakil Gubernur Sulteng periode 2001-2006 ini, salah satu adiknya juga yang berkarir dalam dunia politik dan pernah menjadi anggota DPR RI lalu yakni Rendy A Lamadjido
“Saat ini setelah pensiun saya bergelut di dunia usaha SPBU di Kota Palu,” ucapnya.
Mantan Wali Kota Palu 1995-2000 itu juga mengaku bahwa keluarga Lamadjido tidaklah berprinsip mengharuskan atau menyiapkan generasi mereka untuk bergelut pada bidang politik atau menjadi kepala daerah.
“Kami sekeluarga berjalan apa adanya tergantung kehendak Tuhan. Itu yang kita tanamkan sama keluarga baik itu adik-adik saya dan anak anak. Jadi tidak ada yang kita khususkan atau dipersiapkan untuk itu,” ujarnya.
Rully mengisahkan pernah diminta almarhum Prof Aminuddin Ponulele untuk mendampinginya menjadi Wagub ketika itu.
“Setelah usai memimpin Kota Palu saat itu saya diminta mendampingi Prof Aminuddin, di mana mekanisme pemilihan kepala daerah ketika itu melalui DPRD,” jelasnya.
Ruly juga mengaku diangkat sebagai Wali Kota Palu dan mendapat tantangan dari sang ayah untuk bisa menaikkan status Palu dari kota administratif menjadi kota madya.
“Awalnya tantangan dari bapak itu saya tidak mau, karena saya takut saat itu lagi gencar gencarnya sorotan soal nepotisme,” ujarnya.
Namun menurut Rully, sebagai bentuk pengabdian dan kecintaan dirinya terhadap daerah, dia pun menyatakan siap menerima tantangan dari sang ayah tersebut.
“Sehingga tidak mungkin saya bisa menaikan status Palu dari kota administratif menjadi kota madya kalau saya tidak menduduki jabatan itu. Meski begitu dalam perjalanannya saya mendapat berbagai sorotan bahkan saya pernah didemo juga ketika itu,” ungkapnya.
Dia menambahkan seiring berjalannya waktu dirinya terus berupaya dan mempelajari bagaimana mekanisme untuk bisa mewujudkan Kota Palu menjadi kota Madya
“Untuk urusan itu setidaknya ada 40 Departemen yang harus dihubungi terkait itu, saya kemudian menargetkan setahun untuk bisa mewujudkannya dan Alhamdulillah,Target tercapai”terangnya
Dalam sejarah Kota Palu Tercatat bahwa sosok yang pertama kali menjabat sebagai Wali Kota Madya Palu ketika itu adalah H Rully A Lamadjido.
Rully juga mengungkap bahwa dirinya menjadi PNS bukan karena dirinya anak Gubernur, tapi ada orang lain yang telah berjasa untuk itu
“Yang kasih jadi PNS saya waktu itu bukan Ayah saya tapi pak BS Tambunan yang ketika itu adalah menjabat Karo keuangan”ungkapnya
Kata Ruly bahwa saat ayahnya menjabat dirinya mengikuti tes penerimaan PNS dan tidak lulus sebanyak 3 kali yang juga sempat membuat dirinya frustasi
” Saya bertemu pak BS Tambunan di Pesawat tujuan Jakarta Palu, setelah berkenalan dan menceritakan nasib saya yang tidak lulus PNS kemudian Pak BS Tambunan menyuruh sata datang ke kantornya”
Seminggu kemudian kata Ruly dia menghadap kepada Pak BS Tambunan dan diangkatlah dirinya menjadi tenaga honor
” Orang yang paling berjasa dalam karir saya selaku PNS yakni pak BS Tambunan,setelah 2 Tahun di Biro keuang saya pun diangkat jadi PNS di masa karo Keuangan ketika itu adalah Tato Lamasitudju” bebernya
Dia menambahkan setelah itu dirinya pindah ke biro kepegawaian, kemudian menjadi camat palu barat, pada jabatan tersebut Ruly pernah menjadi Camat Terbaik karena berhasil mencapai target Pajak (PBB) 100 persen.
“Iya, dari prestasi itu saya diberikan hadiah mobil dari Wali Kota Palu ,namun mobil itu kemudian saya jual dan saya belikan kenderaan Roda dua (motor) yang saya berikan kepada semua Lurah Lurah se kecamatan Palu barat ketika itu”tuturnya
Adapun Keluarga H Ruly A Lamadjido Pria kelahiran 24 September 1956 yang berpasangan dengan Ibu Tirta R Lamadjido,SH.MKN yang lahir pada tanggal 26 mei 1960.
Ibu Tirta Lamadjido yang berprofesi sebagai Notaris di Kabupaten Sigi itu melahirkan sebanyak 4 orang anak yakni pertama dr Nurasni Lamadjido berprofesi sebagai PNS dokter Spesialis Patologi klinik,kemudian yang kedua bernama Momammad Malatantra,SH atau di sering disapa Randy Lamadjido yang saat ini menjabat sebagai salah satu Kabid kemensos RI, kemudian puteranya yang ketiga telah meninggal dunia di negara belanda diusia lima tahun, dan putera terakhirnya yakni dr Rilando Lamadjido yang berprofesi sebagai dokter Spesialis Penyakit dalam yang saat ini ada di Jerman.
Penulis : Abd Hamid
Wartawan : Media Alkhairaat Palu Sulteng.