PALU – Pasar saham domestik Indonesia mengalami pelemahan signifikan pada November 2024, dengan indeks turun 6,07 persen secara month-to-date (mtd), mencapai level 7.114,27, sementara secara year-to-date (ytd) tercatat penurunan sebesar 2,18 persen. Nilai kapitalisasi pasar juga mencatatkan penurunan 5,48 persen mtd menjadi Rp12.000 triliun, meskipun secara ytd mengalami kenaikan 2,87 persen. Non-resident tercatat mencatatkan net sell sebesar Rp16,81 triliun mtd, namun secara ytd masih mencatatkan net buy sebesar Rp21,56 triliun.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Inarno Djajadi, pelemahan di pasar saham terutama terjadi di sektor-sektor seperti bahan baku (basic materials) dan properti & real estate.
“Di sisi lain, likuiditas pasar tetap terjaga dengan rata-rata nilai transaksi harian pasar saham sebesar Rp12,78 triliun hingga November 2024,” ucap Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK di Jakarta, Jumat (13/12).
Namun, pasar obligasi menunjukkan kinerja yang lebih baik. Indeks pasar obligasi ICBI tercatat naik 0,15 persen mtd dan 4,95 persen ytd, mencapai level 393,14. Meskipun yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata naik 8,41 basis poin mtd, non-resident juga tercatat mencatatkan net sell sebesar Rp13,07 triliun di pasar obligasi pada November 2024. Sementara itu, pasar obligasi korporasi menunjukkan tanda positif dengan net buy sebesar Rp0,22 triliun oleh investor non-resident mtd.
Di sektor pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,04 triliun, meskipun turun 0,95 persen mtd, namun naik 2,34 persen secara ytd. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana juga mengalami penurunan 1,17 persen mtd, meskipun net subscription tercatat positif sebesar Rp3,0 triliun pada November 2024. Selain itu, penghimpunan dana di pasar modal tetap menunjukkan perkembangan positif, dengan total penawaran umum mencapai Rp219,45 triliun, yang di antaranya berasal dari 34 emiten baru.
Terlebih lagi, Bursa Karbon Indonesia, yang baru diluncurkan pada September 2023, menunjukkan potensi yang sangat besar. Hingga November 2024, tercatat 94 pengguna jasa yang mendapatkan izin, dengan total volume transaksi mencapai 906.440 tCO2e dan nilai transaksi sebesar Rp50,55 miliar. Potensi penggalangan dana melalui mekanisme Bursa Karbon ini masih sangat besar, mengingat 4.089 pendaftar terdaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim.
Sebagai bagian dari penegakan ketentuan di pasar modal, OJK juga telah mengenakan sanksi administratif kepada pelaku pasar modal, termasuk denda atas keterlambatan penyampaian laporan dan pelanggaran lainnya, dengan total denda mencapai Rp65,98 miliar sepanjang tahun 2024.
Meskipun menghadapi tantangan di pasar saham, potensi pertumbuhan dalam sektor-sektor seperti penggalangan dana dan Bursa Karbon memberi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia.
Reporter: IRMA/***