PALU – Di era saat ini, literasi keuangan bukan hanya tentang memahami angka, tetapi juga tentang kemampuan berkomunikasi dengan jelas mengenai isu-isu keuangan.

Komunikasi yang efektif dapat menjadi jembatan yang menghubungkan pengetahuan keuangan dengan praktik sehari-hari.

Hannah Asa Indonesia melakukan kolaborasi dengan Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (UNTAD) Dr. Stepanus Bo’do, S.Sos., M.Si.

Kegiatan ini terbuka untuk umum dan berlangsung secara online melalui Zoom Meeting, pada Kamis, (5/12/2024).

Para peserta antusias mengikuti kegiatan ini, terlihat dari pertanyaan yang diajukan peserta pada kolom komentar Zoom.

Founder Hannah Asa Indonesia, Mardiyah, membawakan beberapa materi yang berkaitan dengan keuangan.

“Materi yang sampaikan kak Mardiyah yang akrab di sapa Itje pada kelas hari ini yaitu yang pertama, alasan kenapa harus belajar mengelola keuangan, kemudian apa saja tantangan dan fenomena keuangan saat ini, apa hubungan antara masalah keuangan dengan quarter life crisis, mengapa masalah finansial seringkali menjadi pemicu quarter life crisis, kapan waktu yang tepat untuk mengelola keuangan, serta dimana generasi muda bisa belajar keuangan?,” jelas Mardiyah, Jumat (6/12/2024)

Mardiyah sangat mengapresiasi para peserta yang mengikuti kelas hari ini, karena pembahasan yang dibahas sangatlah menarik, bagaimana memahami keterkaitan ilmu komunikasi dengan literasi keuangan, serta melihat bahwa begitu pentingnya untuk melek literasi keuangan.

“Saya sangat senang dan mengapresiasi teman-teman yang ikut kelas online tentang “edukasi literasi keuangan dan pelatihan komunikasi, kenapa hal ini sangat penting? dikutip dari hasil sensus penduduk 2020, pada Survei Penetrasi Internet Indonesia 2024 oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27.94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia, sementara itu jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial sebanyak 69.38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen, sebagian mereka adalah sandwich generation dan mengalami quarter life crisis” ucapnya.

Selain itu menurut Mardiyah kelas ini penting, karena saat ini banyak tantangan pengembangan literasi keuangan bagi generasi muda.

“Kelas ini penting karena saat ini tantangan pengembangan literasi keuangan bagi generasi muda terkait keterbatasan akses pendidikan, ketergantungan pada financial technology (fintech) yang membawa risiko, kurangnya kesadaran akan pentingnya literasi keuangan, tidak bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, terlilit hutang Pinjaman Online (Pinjol) dan Belanja Online (Benjol) serta Judi Online (Judol), kurikulum pendidikan yang belum memadai, pengaruh sosial media sehingga generasi muda menjadi konsumtif, impuls buying, ketakutan berinvestasi karena kurangnya pemahaman akan literasi keuangan, quarter life crisis, dan sandwich generation,” tambahnya.

Mardiyah serta Tim Hannah berharap semakin banyak generasi muda Sulawesi Tengah yang belajar literasi keuangan untuk memutus mata rantai sandwich generation.

“ Harapan saya dengan tim Hannah, semakin banyak generasi muda Sulawesi Tengah yang belajar literasi keuangan, selain untuk memutus mata rantai sandwich generation, dengan belajar keuangan 3 variabel ini akan membaik yakni, pengetahuan keuangan (financial knowledge), perilaku keuangan (financial behavior) dan kesejahteraan,” harapnya.

Di akhir kelas, Mardiyah juga membagikan budget planner worksheet dimana tools ini akan membantu peserta yang ikut kelas hari ini untuk keluar dari sandwich generation, agar bisa mengatur penganggaran (budgeting) dan skala prioritas keuangan.

“ Cara menggunakan tools ini yaitu dengan menginput pendapatan, pengeluaran, dari sini kita bisa melihat apakah kondisi keuangan surplus atau deflasi,” tandasnya.

Stepanus menjelaskan bagaimana hubungan literasi keuangan dengan ilmu komunikasi, serta betapa pentingnya untuk melek literasi keuangan bagi semua kalangan.

“Menurut saya hubungan paling pas antara komunikasi dengan literasi keuangan itu kata kuncinya persuasi, pada dasarnya, komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, dan setiap interaksi komunikasi memiliki tujuan persuasif, dalam konteks literasi keuangan, kesadaran akan daya persuasi dari produk yang kita beli sangat penting, kita harus cerdas secara keuangan terutama dalam mengolah keuangan, seringkali kita tidak sadar seberapa besar pengaruh persuasi dalam keputusan konsumsi kita,” tegas Stepanus.

Salah satu peserta kegiatan, Moh. Iqbal, menyebut, materi yang dibagikan hari ini sangat bermanfaat, Iqbal berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut bahkan bisa sampai ke anak sekolah agar mereka bisa mengatur keuangan sejak dini.

“Setelah mengikuti kegiatan tadi, saya jadi belajar banyak untuk mengatur keuangan untuk jadi lebih baik, dan ada beberapa istilah yang baru saya dengar dari pemateri, harapan saya semoga kegiatan ini bisa disampaikan ke anak-anak sekolahan juga, biar mereka bisa belajar mengatur keuangan sejak dini, dan semoga setelah kegiatan tadi teman-teman saya semua paham dengan materinya dan bisa mengelola keuangannya dengan baik dan tidak terjerat dengan pinjol,” harap Iqbal.

Desi yang juga merupakan peserta kegiatan, turut memberikan kesimpulan terkait materi yang sudah diberikan oleh kedua narasumber tadi.

“Menurut saya sharing session edukasi literasi keuangan dan pelatihan komunikasi untuk mahasiswa tadi sangat bermanfaat sekali, terutama untuk mahasiswa yang masih boros terkait keuangan, sharing ini mengajarkan kita bagaimana cara mengumpulkan dana darurat yang tujuannya untuk mengantisipasi kebutuhan yang mendesak, tadi juga diajarkan cara membuat budgeting dengan pola 50-30-20, hal ini berlaku untuk anak kos yang kiriman dari orang tuanya terbatas” ucap Desi.

Pada Sesi Penutup, Mardiyah memberikan penyampaian pesan kepada para peserta yang mengikuti kelas hari ini.

“The biggest difference between money and time, you always know how much money you have but you never know how much time you have, yang artinya perbedaan terbesar antara uang dan waktu, kamu bisa tahu berapa banyak uang yang kamu punya, tapi kamu tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang kamu punya,” ujarnya.

Stepanus juga memberikan pesan penutup pada sesi sharing session kali ini, ia berharap materi tadi bermanfaat bagi orang banyak termasuk yang hadir pada kelas hari ini.

“Sebagai penutup saya sedang membaca satu buku yang sangat menarik terkait keuangan, buku pertama yang saya baca yaitu Psychology of Money dan yang terakhir saya baca mungkin teman-teman pernah baca Happy Money, itu juga bisa jadi resep untuk menggugah orang untuk secara finansial, uang itu seperti dua mata pedang, kalo digunakan dengan baik akan bermanfaat, kalo digunakan dengan tidak baik akan merusak, semoga materi ini bermanfaat bagi kita, saya sangat senang dan semoga bisa bertemu kembali dengan teman-teman, saya berharap kita bisa bertemu secara offline dengan suasana yang berbeda,”tutupnya. *

Reporter : MUN