Di tanggal 10 Dzulhijjah ini, ibadah yang paling disukai dan dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari anak cucu Adam adalah menumpahkan darah. Yang dimaksud adalah menyembelih hewan kurban.
Yang ingin dicapai dari ibadah kurban adalah keikhlasan dan ketakwaan, Allah berfirman: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (QS. Al-Hajj: 37)
Jadi, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja. Sebab yang diharapkan Allah Ta’ala bukanlah daging dan darah kurban tersebut. Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan.
Yang Allah Ta’ala kehendaki dari kurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang lurus dari hambaNya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Kurban dilakukan dalam rangka bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat atau kehidupan yang diberikan.
Kurban juga dilaksanakan untuk menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim khalilullah atau kekasih Allah yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan, yaitu Ismail alaihissalam, ketika hari an-nahr atau Idul Adha.
Nabi Ibrahim diperintahkan berdasarkan mimpi beliau untuk menyembelih putranya sendiri yang beliau sangat nanti-nantikan. Tapi kemudian diganti dengan tebusannya, tidak jadi menyembelih Ismail, tapi diganti dengan hewan yaitu kibasy.
Olehnya, kurban sendiri adalah mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail yang dengan ini akan membuahkan ketaatan kepada Allah dan kecintaan kepada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak.
Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan, sehingga yang sebelumnya akan disembelih adalah Ismail, akhirnya seekor dombalah yang disembelih.
“Jika setiap Mukmin mengingat kisah ini seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan kepada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya”. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 5:76)
Apa makna dari ayat di atas. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka bisa mencontoh sikap sabarnya, sikap taatnya, yakin akan janji Allah, yakin ada yang terbaik di balik ibadah, yakin ada yang terbaik di balik ketaatan kepada Allah. Itu lebih dahulukan daripada ego, daripada hawa nafsu dan lainnya.
Ibadah kurban juga lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang senilai dengan hewan kurban.
Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, penyembelihan yang dilakukan pada waktu mulia lebih afdol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut.
“Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiran dalam ibadah haji, meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan kurban”. (Talkhish Kitab Ahkamil Udhiyah Wadz Dzakaah, Hal.11-12 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2:379).
Jadi kurban tetap lebih utama karena berkaitan dengan waktu, karena dilaksanakan pada waktu yang mulia, sehingga pahalanya tentu lebih besar daripada sedekah yang senilai dengan kurban.
Pahala menyembelih hewan kurban dengan niat Taqarrub Ilallah (niat mendekatkan diri kepada Allah) adalah menjadi orang yang shaleh di hadapan Allah. Dan itu adalah sebaik-baik pahala di sisi Allah.
Mengapa pahalanya langsung diganjar Allah sebagai orang yang shaleh? Karena menyembelih kurban adalah suatu ibadah yang mulia dan bentuk pendekatan diri pada Allah. Bahkan seringkali ibadah kurban digandengkan dengan ibadah salat.
“Fa salli li rabbika wanhar.” Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan sembelilah hewan kurban.
“Sesungguhnya hewan kurban itu pada hari kiamat kelak akan datang berserta dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima disisi Allah, maka beruntunglah kamu semua dengan (pahala) kurban itu,”. (HR.Al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Kenapa tidak disebut dagingnya, kenapa tidak disebut tulangnya? Mengapa yang disebut tanduknya, bulunya, dan kukunya. Karena tanduk, bulu, dan kuku adalah bagian tubuh hewan kurban yang pastinya dibuang atau tidak akan dikonsumsi.
Maknanya apa? Sedangkan yang dibuang saja nanti akan datang bersaksi bahwa kita sudah beribadah, apalagi dagingnya, tulangnya, lemaknya, kulitnya. Sehingga semuanya akan bersaksi bahwa engkau sudah beribadah, patuh, tunduk kepada Allah.
Keutamaan berkurban lainnya, sebagaimana yang disampaikan Ibnu Muslih al-Hanafy dalam kitabnya “Hashiyah Shaykh Zadah ‘ala Tafsir al-Baydawy” ia mengutip perkataan Sayidina ‘Ali `bin Abi Thalib:
“Barangsiapa keluar rumah untuk membeli hewan kurban, maka setiap langkahnya akan dibalas 10 kebaikan, dihilangkan 10 keburukan, dan diangkat 10 derajat. Transaksi yang terjadi saat membeli hewan kurban dianggap tasbih. Uang yang dibayarkan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Ketika hewan kurban tersebut ditidurkan untuk disembelih, semua makhluk memohon ampun untuknya hingga bumi paling bawah. Tiap tetesan darahnya menjadi 10 malaikat yang memintakan ampun kepadanya hingga hari kiamat. Jika dagingnya telah dibagikan dan dimakan, maka tiap suapan sama seperti memerdekakan hamba wanita anak cucu Nabi Ismail AS.” Wallau a’lam
Rifay (Redaktur Media Alkhairaat)