PALU – Sebanyak 50 siswa Sekolah Dasar (SD) Perumnas yang berlokasi di Kelurahan Balaroa, dinyatakan meninggal dunia, akibat gempa bumi dan likuifaksi, 28 September lalu.
Sebelum bencana, jumlah siswa di sekolah itu tercatat sebanyak 401 orang. Pascabencana, siswa yang kembali ke sekolah tinggal 236 orang.
Perumnas Balaroa sendiri merupakan titik yang mengalami kerusakan paling parah akibat bencana alam tersebut. Seluruh bangunan yang ada di lokasi ini, amblas ditelan bumi. Korban jiwa juga banyak ditemukan di lokasi ini.
Sebelumnya, SD Inpres Perumnas sendiri terletak di Jalan Kanna, Perumnas. Saat ini, kondisi bangunan sekolah tersebut sebagian ambruk ke dalam tanah dan sebagian terbakar. Tidak ada satupun mobiler sekolah yang bisa diselamatkan.
Kepala SD Perumnas, Sitti Utari Muh. Tahir, saat ditemui di ruang kelas belajar sementara (rukatara), Lorong Nosarara, Jalan Sungai Manonda, Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sabtu (01/12), merincikan, selain meninggal dunia, terdapat siswa yang pindah sekolah sebanyak 13 orang, titipan di luar 30 orang dan belum ada kabar 72 orang.
“Siswa yang meninggal ini, rata-rata kehilangan rumah dan anggota keluarga,” katanya.
Dia menambahkan, dari sekian siswa yang mengikuti proses belajar saat ini, ada satu siswa kelas 5 bernama Fahri Fajar yang kakinya diamputasi.
“Harapanya, bagi keluarga siswa yang meninggal ini mendapat santunan, baik dari pemerintah atau donatur. Selain itu, bagi siswa yang terdampak langsung bencana agar diberikan beasiswa,” harapnya.
Saat ini, kata dia, jumlah pegawai di SD Inpres Perumnas sebanyak 19 orang, terdiri dari guru PTK, non PTK, penjaga sekolah dan operator. (IKRAM)