Orang bijak bilang hidup ini fitnah (ujian). Rasanya memang betul, dan sumber fitnah itu kebanyakan karena harta. Suami istri bercerai karena harta, orang berebut sesuatu sampai bunuh-bunuhan, sampai dipenjara karena memperebutkan harta.
Karena itu, kita memohon kepada Allah dari fitnah kehidupan. Harta sedikit menjadi fitnah, tetapi harta banyak juga bisa menjadi fitnah. Yang lebih ironis adalah, sebagaimana terlihat di perkotaan, tak sedikit orang yang kekurangan secara ekonomi malah tidak beribadah.
Orang-orang yang fakir jarang ibadah merupakan fitnah kehidupan. Namun demikian, banyak pula orang kaya yang jarang beribadah. Secara sederhana kita bisa mengamati antara jamaah masjid dan jumlah penduduk suatu kampung daerah.
Harta sedikit tidak menjadi fitnah kalau harta yang seadanya ini kita niatkan untuk Allah Subhanahu wa Taala. Apapun yang terjadi, jika kita niatkan untuk Allah, harta sedikit ini tidak menjadikan kita jauh dari Allah melainkan kita tetap taqarrub kepada Allah Subhana Wataala.
Begitu juga harta yang banyak tidak menjadi fitnah kalau dizakati, lebih-lebih kalau hartanya untuk membantu perjuangan Islam. Sebanyak apapun harta, kalau dizakati dan untuk perjuangan Islam, tidak akan menjadi fitnah. Malah, harta itu akan mengangkat kita, mengantarkan kita ke surganya Allah SWT.
Termasuk fitnah kehidupan lain adalah apapun yang terjadi terhadap kita, dari urusan pekerjaan, kesehatan, komunitas, bisnis, dan lainnya.
Jika semuanya sampai menggoncangkan iman kita, itu fitnah. Banyak hal yang sepele merusakkan iman kita seperti salah pergaulan. Misalnya, hanya demi kawan, hanya demi komunitas, rela minum bir. Ini fitnah kehidupan.
Namun sehebat-hebatnya fitnah kehidupan adalah kalau kita meninggalkan kehidupan dengan tidak mengucapkan kalimat syahadat.
Jika hal itu terjadi, maka kita mengalami kerugian serugi-ruginya. Ibarat bumi ini terbuat dari emas semuanya, tetapi jika kita mati tanpa syahadat, maka bumi yang seluruhnya emas itu tidak ada nilai apa-apanya.
Maka dari itu kita harus berhajat, setiap hari berdoa, “Ya Allah, kami mohon lindunganmu dari fitnah kehidupan.”
Kita juga harus berdoa dari fitnah kematian. Ini adalah sakaratul maut. Sehebat apapun orang, setinggi apapun jabatan orang, sekaya apapun orang, semuanya akan mengalami sakaratul maut.
Dalam sebuah hadits, kalau orang meninggal dunia, mereka ditampakkan gambaran calon tempat tinggalnya baik di surga atau neraka.
Makanya kadang-kadang ada orang meninggal dalam kondisi tersenyum karena sudah melihat bakal tempat tinggalnya si surga. Ada juga yang meninggal dunia dalam kondisi ketakutan.
Bahkan ada yang lidahnya menjulur karena menyaksikan gambaran buruknya keadaannya di akhirat. Tidak ada jaminan kiai atau tidak kiai, santri atau bukan santri bisa masuk surga.
Anjuran membaca doa di atas adalah petunjuk bahwa kemungkinan untuk tak selamat dari fitnah kehidupan dan kematian ada pada semua orang.
Juga termasuk fitnah kematian adalah pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua nyawa akan masuk ke alam barzah, bagaimanapun cara matiny.
Ini merupakan bukti bahwa kalau di alam kubur sudah ada surga, cuma surga tidak selengkap di akhirat nanti. Begitu juga, kalau tidak bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, mereka langsung disiksa di alam kubur
Kesimpulannya, surga dan neraka itu dekat dengan kita,tergantung pada kita sendiri.
Makanya kita berhajat semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian.
Lalu bagaimana agar kita bisa selamat dari malaikat Munkar dan Nakir, Rasulullah bersabda dalam hadits terkenal. Apabila manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara, ; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)