PALU –Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, H. Zainal Abidin, mengatakan anak-anak muda milenial yang pengetahuan agamanya kosong, sangat mudah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikran kelompok garis keras. Dan di balik insiden bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar Sulsel, belum lama ini, ada orang-orang mempengaruhi pemikiran anak-anak muda tersebut.
“Saya kira anak-anak muda pengetahuan keagamannya relatif kosong, tidak ada, lalu dimasuki oleh kawan-kawan dari kelompok garis keras” jelas H. Zaina Abidin, Selasa (30/03) pagi.
Zainal menyebut kejadian tersebut merupakan tantangan bagi para tokoh agama, masyarakat dan pemikir-pemikir agama. Karena kelompok-kelompok garis keras ini, memanfatkan media sosial untuk menyebarkan pengaruhnya. Olehnya ia mengajak seluruh pemuka gama, untuk mengunakan media sosial untuk menyebarkan dakwah sebaik-baiknya.
“Karena kita bisa mempengaruhi jalur dakwah kita lewat media sosial, karena kalau kita mengunakan media-media lama, face to face, mengumpul orang tentu kita kalah dengan media sosial” tambahnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng ini, menjelaskan bahwa makna jihad bom bunuh diri itu sangat salah dan keliru sekali. Jihad yang benar lanjut dia, merubah sesuatu yang baik kepada sesuatu yang lebih positif. Dan memberikan nafkah kepada keluarga itu juga termasuk jihad di jalan Allah.
“Jadi jihad seperti itu yang kita terapkan, bukan jihad yang membunuh dan menghilangkan nyawa orang lain, yang jelas orang itu tidak memiliki kesalahan” tegasnya.
Apalagi kata dia, di Indonesia dalam kondisi aman dan damai, tidak dalam kondisi negara berperang. Konsep jihad bom bunuh diri ini tidak bisa diterapkan seperti saat ini. Dari berbagai literatur dan fatwa lembaga keagamaan Islam dunia internasional, termasuk Fatwa MUI Kota Palu, jihad seperti itu jelas salah dan keliru.
“Tentu kita berharap Polisi segera mengungkap pelaku dari otak di balik kejadian ini, tentu dia tidak bisa berdiri sendiri pasti ada orag di balik pungkasnya” jelasnya.
Rep: NANANG IP
Ed: NANANG