PALU – Wakil Wali Kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido, menghadiri kegiatan Pemaparan Hasil Perencanaan Partisipatif Yayasan Arkom Indonesia, pada Ahad (18/2)

Kegiatan yang berlangsung di Hunian Tetap (Huntap) Relokasi Mandiri, Kelurahan Mamboro ini dalam rangka inisiasi workshop perencanaan kawasan kampung adaptif iklim di dua wilayah, yakni RT 01/RW 01 Kelurahan Mamboro Barat dan RT 04/RW 01 Kelurahan Mamboro.

Wakil Wali Kota Palu, Reny A Lamadjido mengapresiasi masyarakat di dua wilayah tersebut yang tetap semangat mengikuti kegiatan meskipun cuacanya panas.

Reny berkomitmen, Pemerintah Kota Palu melalui dinas terkait, akan mencatat semua yang menjadi usulan masyarakat.

“Insyaallah nanti sekretaris Dinas PU akan mencatat. Kita pelan-pelan, jadi bersabar sedikit, pelan-pelan kita benahi,” sebut Reny

Dirinya juga mengusulkan kepada masyarakat setempat, program penanaman 1.000 pohon cabai. Apabila ada lahan kosong, boleh membentuk kelompok tani nanti diberikan bibit oleh Pemerintah Kota Palu.

Palu sendiri merupakan salah satu kota yang dipilih dalam penerapan kerja-kerja Yayasan Arkom Indonesia. Proses kerja ini dilakukan mulai dari pascabencana alam tahun 2018 silam, hingga saat ini.

Yayasan Arkom Indonesia fokus melakukan pendampingan di wilayah pesisir, yakni Kelurahan Mamboro dan Kelurahan Mamboro Barat.

Pemilihan lokasi ini, berdasarkan hasil survei dan melihat aspek, seperti sosial, lingkungan, bahkan bagaimana penanganan bencananya.

Pada periode 2018 – 2021, Yayasan Arkom Indonesia bersama masyarakat, berhasil mengaplikasikan konsep relokasi mandiri kelompok di wilayah Mamboro.

Sebanyak 39 unit rumah berhasil dibangun bersama masyarakat. Setelah membantu masyarakat yang saat ini telah menetap di huntap melewati fase rehabilitasi dan rekonstruksi, fokus Yayasan Arkom Indonesia beralih kepada membantu masyarakat setempat, menata kembali wilayah pesisir yang sebelum bencana menjadi tempat bermukim.

Yayasan Arkom Indonesia menganalisa bahwa, kompleksitas wilayah Mamboro pesisir saat ini, perlu mendapatkan perhatian serius dalam hal perencanaan wilayah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti identitas kultural, permukiman sementara yang belum tertata rapi, aktivitas perekonomian yang punya ciri khas tersendiri (penjemuran ikan), serta tingkat kerawanan bencana yang tinggi.

Dampak krisis iklim juga, akan memperparah kondisi sekitar pesisir. Proses penataan kawasan yang akan dilakukan, menjadi tahap awal dalam membuat sebuah kampung percontohan dengan model berbasis mitigasi terhadap bencana.

Demi mewujudkan visi kampung adaptif terhadap iklim, maka Yayasan Arkom Indonesia mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam setiap proses yang akan dilakukan bersama masyarakat.

.HAMID