PALU – Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, mengatakan, saat bencana alam tanggal 28 September 2018 lalu di Kota Palu dan sekitarnya, sebelumnya telah terjadi gempa-gempa skala kecil yang cukup intens.
“Bahkan sebelum itu, seminggu atau dua minggu sebelumnya, sempa ada dua kali. Jadi saya menarik kesimpulan, ketika terjadi aktivitas kegempaan yang cukup intens dalam satu bulan, maka kita perlu waspada,” kata Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, saat menghadiri simulasi penanggulangan bencana, di Palu Grand Mall, Sabtu (29/10).
Untuk itu, kata dia, kawasan-kawasan yang cukup rawan juga sudah harus dilakukan langkah-langkah peringatan dini, khususnya jalur dan titik evakuasi.
Hal lain yang perlu diwaspadai, lanjut dia, ketika musim hujan, ada beberapa wilayah yang dilihat mudah terjadi kubangan air. Air juga sudah keluar sendiri di beberapa titik.
“Ini perlu diwaspadai. Likuefaksi itu rawan pada kawasan yang memiliki struktur tanah yang encer. Nantinya kawasan-kawasan yang seperti itu harusnya teridentifikasi juga oleh BPBD,” ungkapnya.
Jangan sampai, kata dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Palu dan instansi terkait tidak mempelajari dan mencermati kondisi-kondisi yang dimaksud. Ia mencontohkan di Kelurahan Balaroa yang terdapat aliran air cukup besar di daerah likuefaksi.
“Artinya kawasan ini yang memang rawan. Begitu juga di Petobo. Sehingga kalau hari ini kawasan itu merupakan kawasan yang rawan, kita harus terima itu dan kita berwaspada dengan itu,” jelasnya.
Wali Kota mengatakan tahun ini Pemerintah Kota Palu akan membangun gudang logistik bencana di wilayah Palu Utara yang dianggap aman untuk memenuhi pasokan kebutuhan di bagian timur.
Kemudian, kata dia, gedung yang sama juga akan dibangun di Kelurahan Duyu tahun depan.
“Kita menjaga kemungkinan yang terjadi sehingga kita dapat mengcover kebutuhan sementara. Tinggal jalur-jalur evakuasi perlu kita update lagi. Titik kumpul juga harus terinformasikan, sehingga masyarakat tidak kebingungan. Saya minta ini diupdate,” lanjutnya.
Wali Kota juga meminta agar pelaksanaan simulasi bencana tidak hanya dilaksanakan satu tahun sekali bahkan bila perlu tiga bulan sekali.
Hal tersebut sebagai upaya mengingatkan Pemerintah maupun masyarakat atas potensi bencana yang terjadi di Kota Palu.
“Saya pikir inilah bentuk dari mitigasi bencana. Sehingga jangan cuma satu tahun satu kali, tapi tiga bulan sekali. Dibuat juga uji peringatan dini seperti pembunyian alarm warning system kita,” katanya.
Semua pihak pun, lanjut Wali Kota juga dilibatkan dalam simulasi bencana baik dari perkantoran, sekolah, rumah-rumah ibadah dan lainnya.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana bersama BPBD Kota Palu dan Yayasan Relief Islami Indonesia.
Reporter : Hamid
Editor : Rifay