PALU- Sejak pagi, warga masing-masing RT di RW 07 Kelurahan Palupi, berbondong-bondong membawa ketupat ke RT 04. Rencananya ketupat itu akan dikonsumsi bersama warga lainnya, pada acara Lebaran ketupat yang digelar RW tersebut, Sabtu (29/4).
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Kota Palu, Armin.
Pada kesempatan itu, Armin menyerahkan tiga petak tenda, sisanya di anggaran tahun 2024 lengkap dengan kursinya. Dia memuji kerukunan warga RW 07 yang mampu melaksanakan kegiatan itu walaupun secata sederhana didepan rumah ketua RW 07.
Pada bagian lain, dia berjanji akan memenuhi kebutuhan warga RW 07, seiring ditunjuknya RW 07 mewakili kelurahan Palupi untuk program kampung iklim.
“Insya Allah saya akan bantu memenuhi kebutuhan setiap RT, terkait kampung iklim ini, seperti janji saya saat reses kemarin,” katanya.
Mardiati Kuncoro, penginisiasi kegiatan ini mengaku baru pertama kali melakukan kegiatan ini. Walau dadakan, kata ibu Kuncoro, sapaan akrabnya, antusias masyarakat kompleks perumahan yang mayoritas pendatang dengan ragam suku dan bahasa itu menyatu dalam balutan lebaran ketupat.
Ia mengucapkan terima kasih kepada ketua DPRD yang juga warga kelurahan Palupi atas perhatiannya terhadap kampung iklim. Apalagi suasana panas seperti ini, lanjut ibu Kuncoro dibutuhkan pohon pelindung dan menjaganya untuk menjaga kestabilan ekosistem bumi.
Sementara itu, Ketua RW 07, Busran Laonga mengatakan, sesungguhnya esensi dati lebaran ketupat ini adalah silaturrahim.
“Warga RW 07 memanfaatkan momen ini untuk silaturrahim atau saling bermaaf-maafan sesama warga yang belum sempat saat idul fitri kemarin,” jelasnya.
Seperti dikutip dari laman NU online, sejarah Lebaran Ketupat diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo. Kala itu Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat.
Bakda Lebaran adalah prosesi salat Id sejak 1 Syawal dengan berkunjung dan saling silaturahmi. Dalam tradisi ini baik keluar dan sanak saudara saling bermaaf-maafan.
Setelah proses silaturahmi yang juga dikenal unjung-unjung itu, Bakda Kupat diperingati seminggu setelah lebaran. Masyarakat Muslim di Jawa umumnya membuat ketupat untuk dimakan bersama-sama.
AKetupat adalah jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam janur (anyaman daun kelapa). Janur itu dianyam hingga menjadi semacam kantong berbentuk prisma, kemudian dimasak. Setelah itu, ketupat akan diantarkan ke kerabat terdekat atau orang yang lebih tua.
Dalam sejarahnya, Kupatan adalah hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. Umumnya, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan hari raya Idul Fitri sebagai harapan agar dapat saling memaafkan.
Rep: Iwan Laki
Editor: Nanang