Wali Kota Larang Jual Menu Luar Derah di Kampung Kaili

oleh -
Wali Kota Palu, Hidayat, saat pertemuan dengan lurah dan camat se-Kota Palu, di Kampung Kaili, tepatnya di stand Kelurahan Besusu Tengah, Ahad (01/10). (FOTO: MAL/HAMID)

PALU – Pemerintah Kota (Pemkot) Palu menyerahkan pengelolaan “Kampung Kaili” kepada PPK di masing-masing kelurahan. Kampung Kaili tersebut berupa bangunan soki-soki dengan ciri khas kelurahan yang ada di Kota Palu. Saat ini, merupakan objek wisata baru “peninggalan” Pesona Palu Nomoni (PPN) yang baru saja dihelat beberapa waktu lalu.

Nantinya, sarana itu akan dijadikan sebagai lokasi untuk jajanan kuliner dan UKM serta kerajinan yang ada di kelurahan masing-masing.

Wali Kota Palu, Hidayat, saat pertemuan dengan lurah dan camat se-Kota Palu, di Kampung Kaili, tepatnya di stand Kelurahan Besusu Tengah, Ahad (01/10), mengakui, ada beberapa oknum yang meminta untuk mengelola Kampung Kaili. Namun, untuk mendorong semangat pelaku UKM yang ada di kelurahan, maka dirinya memilih untuk menyerahkan pengelolaannya kepada PKK.

“Jadi silahkan disampaikan kepada PKK, kalau ada yang tidak bersedia agar segera dilaporkan untuk dicarikan pengganti. Ini dimaksudkan agar PKK dapat memanfaatkan kawasan ini dengan sebaik-baiknya, utamanya dalam menyediakan kuliner khas,” tuturnya.

Hidayat juga meminta agar sarana yang digunakan seperti meja kursi dan lainnya, bernuansa tradisional dengan bahan dasar bambu atau lainnya yang unik, agar memiliki daya tarik bagi pengunjung.

“Selain PKK kelurahan saya juga berharap agar PKK kecamatan menggelar kulinernya disini, dengan catatan harus khas Kaili atau bukan menu dari luar. Bakso, gado-gado dan sebagainya, jangan masukan disini,” tegasnya

Hidayat menambahkan, selain kuliner, Kampung Kaili juga akan dijadikan kawasan edukasi bagi warga Kota Palu, termasuk digunakan untuk pesta kawin.

“Pada tanggal 29 Oktober ini akan ada pesta kawin yang dilaksanakan disini. Saya persilahkan, dengan catatan tidak usah menggunakan tenda dan memesan kuliner dari luar, melainkan kuliner khas yang ada di Kampung Kaili,” katanya.

Selain itu, kata dia, tidak boleh ada alat musik modern seperti elekton yang mengiringi pesta kawin, melainkan musik tradisional sebagaimana ciri khas yang ada di Kampung Kaili agar para seniman Palu juga dapat berperan. (HAMID)