Isu Energi Bersih

“Kita tahu sekarang global mendesak, mengajak, men-support ke semua negara untuk menggeser pemakaian energi fosil untuk semuanya masuk ke energi hijau” Joko Widodo (Presiden RI)

Di tahun 2022 ini, Pemerintah Indonesia gencar mengkampanyekan isu perubahan iklim yang diakibatkan konsumsi energi fosil (batu bara) yang massif. G20 merupakan acara akbar berkelas internasional yang menghadirkan kepala negara dari masing-masing anggotanya untuk duduk bersama membahas masalah iklim.

Maka, solusi mereka ini adalah meninggalkan energi fosil menuju energi bersih dan terbarukan.
Perusahaan yang mengeksploitasi sungai poso ialah PT Poso Energy yang merupakan bagian dari Kalla Group.

Perusahaan energi ini, kata dia, memproyeksikan 3 bendungan atau biasa disebut Poso 1, Poso 2, dan Poso 3. Istilah ini untuk proyek bendungan. Berdasarkan data dihimpun bendungan 1 menghasilkan listrik sebesar 4×30 MW, bendungan 2 menghasilkan listrik sebesar 3×65 MW+4×50 MW dan bendungan 3 akan menghasilkan energi listrik sebesar 4×100 MW.

Segala macam proyek ini mensyaratkan satu hal yaitu air (alam) sebagai modal utama (advance capital). Oleh karenanya, tidak ada modal tanpa alam yang dieksploitasi.

Yang menjadi pertentanganya, kebanyakan orang-orang menganggap PLTA (singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air) sebagai energi bersih ini akan menjadi alternative dari energi kotor hasil pembakaran batu bara. PLTA dianggap rendah emisi, tidak polusi dan tidak menyebabkan penyakit paru. Berbeda dengan PLTU yang selalu dikritik.

Akan tetapi, kebanyakan orang lupa, bahwa bendungan yang menjadi inti dari PLTA punya cerita buruk!