PALU – Kondisi jalan poros Kebun Kopi, satu-satunya akses terdekat yang menghubungkan Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong, selalu menjadi masalah tersendiri. Setiap tahun, jalan ini selalu menyedot anggaran yang cukup besar untuk perbaikan.
Saking labilnya kondisi jalan ini, alat-alat berat nampak selalu stand bye di bahu-bahu jalan. Pasalnya, setiap kali hujan turun, beberapa ruas dipastikan akan mengalami longsor, baik di bagian tebing maupun di sisi jurang, sehingga mesti dilakukan pengerukan sekaligus pelebaran jalan.
Bahkan, sejak Tahun 2012 melalui APBN, di antara ruas jalan ini telah dikerjakan menggunakan sistim cor beton, sebagai upaya mencegah jalan ini tidak mengalami kerusakan akibat curah hujan yang tinggi.
Demikian halnya dengan bagian tebingnya yang diperbaiki sedemikian rupa guna mencegah kelongsoran, namun tetap saja tidak membuat poros jalan tersebut normal.
Sebagaimana yang terjadi dua hari lalu. Kejadian yang sama nampak di salah satu ruas jalan Kebun Kopi, di mana bagian tebing yang sudah ditata dengan baik kembali mengalami longsor. Akibatnya, timbunan material longsor sempat menghambat pengguna jalan yang melintas.
Beberapa ruas lainnya juga nampak ada yang belum selesai dikerjakaan.
Menyikapi kondisi ini, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulteng, Abdul Haris, Selasa (23/04), menyatakan, pembangunan jalan poros tersebut harus segera dievaluasi, baik dari sisi teknis pembangunan, teknis perencanaan, juga pekerjaan di lapangan, hingga faktor lain seperti keselamatan dan juga lingkungan hidup.
“Ini menjadi hal penting untuk disoroti. Menurut kami, selama ini belum ada evaluasi yang serius dilakukan oleh pemerintah terkait proyek abadi Kebun Kopi ini hingga mengorbankan kawasan hutan disana,” tegasnya.
Aris, sapaan akrabnya, mengakui bahwa pihaknya belum melakukan pengcekan secara mendalam, hal-hal yang mempengaruhi kerusakan jalan yang terjadi secara berulang tersebut.
“Tapi jika dilihat dari konstruksi dan pengerukan pegunungan di sana, faktor tanah yang labil sangat berpengaruh. Ini tidak lepas karena di bagian pegunungan, pohon-pohon besarnya sudah habis ditebang,” pungkasnya. (RIFAY)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.