Wakili Indonesia di Event IYSIF, Siswa MAN IC Palu Raih Perunggu

oleh -
Dua siswa MAN IC yang berhasil meraih perunggu menerima pengharaan dari Kemendikbud RI (FOTO : IST)

PALU – Dua siswa Madrasah Insan Cendekia (MAN IC) Palu, Robiq Alfian dan Satriawan Sanusi kembali menorehkan prestasi gemilang di tingkat dunia, tepatnya di kejuaraan International Youth Sciense and Inovation Fais (IYSIF) 2018, yang dilaksanakan Kemendikbud RI di Tangerang Banten, tanggal 31 Oktober sampai 5 November 2018.

Keduanya terpilih mewakili Indonesia dalam ajang tersebut, setelah sebelumnya tampil sebagai tim terbaik di event Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2018 Kategori Matematikan Sains dan Teknologi yang dilaksanakan Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, tanggal 15 sampai 20 Oktober 2018 lalu, di Kota Semarang, Jawa Tengah.

“Tim MAN IC kemudian dipanggil lagi mengikuti seleksi tingkat internasional dan Alhamudulillah meraih juara tiga, dengan prestasi dalam Bahasa Inggris,” ujar Kepala MAN IC Palu, Soim Anwar, Selasa (06/11).

BACA JUGA :  Bawaslu Palu Identifikasi Potensi Kerawanan di Tahap Pendaftaran Calon Wali Kota

Soim mengaku, prestasi tersebut sangat membanggakan karena selain daerah, kedua anak didiknya yang duduk di kelas 12 itu, juga mampu membawa nama Indonesia di tingkat internasional.

Menurut Soim, hasil penelitian dua anak didiknya itu berjudul Aktivitas Abtioksi dan Ekstrak Antosiamin pada batang tumbuhan kembang merak yang menggunakan metode DPPH, dan dapat mencuri perhatian tim juri LIPI, Prof. Edmunz Denies seorang peneliti Botani dari Jerman.

“Hasil penelitian ini berkaitan dengan kanker pada manusia. Diketahui bahwa batang kembang merak memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan alami untuk menetralkan aktivitas radikal bebas dalam tubuh manusia yang dapat menyebabkabn berbagai macam penyakit dan menambah daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit berbahaya,” pungkasnya. (YAMIN)

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.