DONGGALA – Praktisi seni yang juga Wakil Bupati Donggala, Moh.Yasin dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Sumber Daya Manusia (SDM) kesenian tradisional menyampaikan materi Kesadaran Kolektif Kebudayaan Sebagai Etika Sosial, Selasa (20/6).

Menurut Moh. Yasin, wilayah Kabupaten Donggala sebetulnya sangat kaya, sayang tidak semua terlihat secara mendalam. Padahal dulu itu wilayah Sulawesi Tengah dikendalikan dari Kota Donggala pada zaman Hindia Belanda.

“Itu berarti dulu kebudayaan kita jauh lebih maju dibanding daerah lain, sayang saat ini agak tertinggal. Kita belum bisa mengelola dari berbagai aspek, karena belum memiliki kesadaran bersama-sama atau secara kolektif,” jelas Yasin.

Lebih lanjut, Yasin menilai ada keterlambatan dalam bergerak dari sisi ekonomi, itu karena ada kaitannya soal budaya. Suatu budaya itu merupakan hasil pikiran yang kemudian berwujud dalam bentuk gagasan atau pikiran yang dapat dirasakan dan dilihat.

Dari segi sumber daya alam, Kabupaten Donggala cukup besar, memiliki potensi seperti wisata, sumber daya perairan pantai sepanjang 400 km. Tapi tak seorang pun yang membuat garam, artinya tidak memiliki pengetahuan atau tradisi pembuatan garam seperti Madura atau seperti di Kota Palu. Ini merupakan potensi besar yang belum digerakkan.

Di satu sisi, Yasin menilai, budaya daerah yang kita belum menjadi bagian penting secara internasional. Masih segelintir yang menikmati, belum bergerak sebagaimana beberapa kesenian di Bali yang mensejahterakan dari aspek kesenian.

Selama ini, kata Yasin masih selalu berharap bagaimana peran pemerintah, menuggu peran bupati atau DPRD untuk membantu urusan budaya. Harusnya mentalitas itu perlu ditingkatkan dengan cara kolektivitas untuk bersama-sama memajukan.

Dalam bimtek tersebut dihadiri 65 seniman dari empat kecamatan (Tanantovea, Labuan, Sindue, dan Sindue Tambusabora). Selain pemataran berbagai masalah potensi dan tantangan kebudayaan di Kabupaten Donggala, dilakukan pula dialog untuk saling shering pandangan.

Reporter : Jamrin
Editor : Yamin