BANGGAI – Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayid (HS) Alwi bin Saggaf Aljufri, berkesempatan meninjau madrasah-madrasah Alkhairaat dan mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat yang pernah membersamai pendiri Alkhairaat, HS Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), ketika meletakan fondasi pendidikan agama di Kabupaten Banggai.

Salah satu yang dikunjungi adalah Ustadzah Nursyam Samadi yang tinggal di Kelurahan Batui, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai.

Ustadzah Nursyam adalah salah satu murid Guru Tua yang hingga kini masih mengabdikan dirinya mengajar di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Alkhairaat di Batui.

Dari sekian banyak murid kala itu, Ustadzah Nursyam memiliki kisah tersendiri bersama Guru Tua.

Dirinya mengenal Alkhairaat saat diajak langsung oleh Guru Tua ke Palu untuk mengenyam pendidikan agama bersama murid-murid lain yang telah ada sebelumnya.

Ustadzah Nursyam pun mengisahkan perjalanan pertamanya bersama Guru Tua menuju ke Palu, Tahun 1966.

Kala itu, kata dia, mereka menaiki kapal kayu ketika ia bersama rombongan penumpang lainnya diterpa badai dan gelombang yang besar. Kapal oleng, dan sebagian penumpang berteriak ketakutan.

“Saat itu hanya kapal kayu transportasi yang lebih cepat untuk ke Palu. Kalau lewat darat agak lama dan jalannya juga belum bagus,” kata Ustadzah Nursyam, mengiisahkan awal perjalanannya bersama Guru Tua.

Kata dia, ketika badai dan gelombang melanda kapal, Guru Tua yang berada dalam kapal merapat ke salah satu jendela untuk melihat kondisi cuaca yang terjadi.

Anehnya, kata dia, ketika Guru Tua melihat ke arah laut, badai dan gelombang besar yang terjadi itu seketika mereda.

Singkat cerita, kata Ustadzah Nursyam, sesampainya di Palu, dirinya langsung diasramakan bergabung bersama murid-murid perempuan lainnya di salah satu ruang di rumah Guru Tua yang ada di samping Masjid Alkhairaat saat ini.

“Enam tahun saya belajar yang kala itu dikenal dengan sekolah mualimin. Di awal-awal kami diajar langsung oleh Guru Tua,” kata ustadzah.

Metode belajar itu, lanjutnya, murid perempuan dipisahkan dengan murid laki-laki dengan tirai kain.

“Jadi kita belajar itu, yang perempuan hanya mendengarkan apa yang diajarkan oleh Guru Tua pada murid laki-laki dari balik tirai. Pelajaran yang diberikan itu berbeda-beda setiap murid berganti-gantian. Setiap harinya demikian,” ungkapnya.

Habib Idrus (Guru Tua), kata dia, suka minum kopi yang dicampur dengan jahe. Saat mengajar, kadang sudah ada kopi yang dibuat oleh salah satu murid perempuan yang paling tahu racikannya.

Guru Tua, kata dia, memiliki teko kecil yang berisi kopi. Setelah mengajar, Guru Tua membagikan pada puluhan murid-muridnya. Guru Tua sendiri yang menuangkannya ke gelas murid-murid tersebut.

“Kalau dilihat teko kopi milik Guru Tua yang kecil, tidak akan cukup dengan puluhan murid ada. Tapi Guru Tua tetap menuangkan satu per satu di gelas atau mok besi dan juga gelas plastik murid-murid sampai semuanya dapat,” tuturnya.

Namun, kata dia, baru setahun ini ia sekolah dan diajar langsung oleh Guru Tua, tepat di Tahun 1967, Guru Tua meninggal dunia.

Ketua Utama Habib Alwi bin Saggaf Aljufri, saat mengunjungi kediaman Ustadz Muhammad Damin Abubakar. (FOTO: media.alkhairaat.id/Hady)

“Jadi baru satu tahun bersama Guru Tua,” katanya.

Saat Guru Tua wafat, dirinya selama bersekolah tetap memegang prinsip sami’na wa atha’na bersama Alkhairaat.

Ia terakhir tinggal bersama salah satu putri Guru Tua, almarhumah Syarifah Sa’adiah Aljufri di Kampung Baru.

Hingga saat ini, Ustadzah Nursyam Samadi masih mengajar di MDA Alkhairaat Batui, dan komitmennya untuk tetap mengajar.

Ia mengingat amanah Ketua Utama sebelumnya, HS Saggaf bin Muhammad Aljufri (ayah dari Habib Alwi), bahwa di Alkhairaat tidak ada namanya pensiun untuk mengajar. Selagi masih sehat, maka pengabdian pada Alkhairaat terus berjalan.

Kediaman Ustadzah Nursyam di Batui sering disinggahi Habib Saggaf dan adiknya, HS Ali bin Muhammad Aljufri.

Di rumah tersebut, ada kamar khusus untuk digunakan istirahat. Keduanya tidak pernah menginap di rumah lain, saat berada di Batui.

Selain mengunjungi Ustadzah Nursyam Samadi, Ketua Utama Habib Alwi bin Saggaf Aljufri juga mengunjungi salah satu tokoh yang pernah membersmai Guru Tua, yaitu Ustadz Muhammad Damin Abubakar.