PALU – Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Univeritas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Karya Ilmiah dan Video Kreatif Berbasis Kearifan Lokal, di kampus UIN selama dua hari, Ahad (26/05) dan Senin (27/05).
Bimtek yang mengangkat tema “Melestarikan Cerita Rakyat dan Menjaga Tradisi Budaya Daerah” ini dibuka oleh Wakil Rektor (Warek) III UIN Datokarama Palu, Dr Faisal Attamimi dengan peserta sebanyak 55 mahasiswa dari masing-masing fakultas dan prodi di UIN.
Dua narasumber dihadirkan untuk memberikan pengetahuan penulisan karya ilmiah dan pembuatan video kreatif, yakni Akademisi Universitas Tadulako (Untad), Dr Achmad Herman dan Kepala Biro SCTV Kota Palu, Syamsuddin.
Ketua panitia kegiatan yang juga Kepala UPT Perpustakaan UIN Datokarama Palu, Rifai, SE., M.Si, Senin (27/05), mengatakan, kegiatan ini adalah sebuah jawaban atas berbagai pertanyaan mahasiswa selama ini terkait cara penulisan karya ilmiah
“Harus memulai dari mana, bagaimana sistem penulisan artikel, skripsi yang selama ini banyak mahasiswa yang kebingungan,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini juga melatih mahasiswa bagaimana mendokumentasikan berbagai potensi di Sulteng.
“Karena kita melihat banyak potensi-potensi yang selama ini tidak terdokumentasikan,” katanya.
Olehnya, kata dia, UPT Perpustakaan juga menghadirkan salah satu pemateri dari SCTV untuk melatih bagaimana metode pengambilan gambar, sehingga banyak potensi yang bisa dilestarikan, khususnya yang berkaitan dengan tradisi budaya lokal.
Secara khusus, kata dia, bimtek ini juga memiliki beberapa tujuan khusus, seperti melatih peneliti berpikir kritis, komprehensif, dan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru.
“Ini juga sebagai wahana untuk melatih ide tersurat atau hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang sistematis dan metodologis,” jelasnya.
Kata dia, karya ilmiah yang telah ditulis diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara mahasiswa dan akademisi di bidang ilmu pengetahuan hukum, sosial dan lainnya.
Selain itu, menjadi foster etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi produsen berpikir dan menulis di bidang ilmu pengetahuan.
“Ini juga sebagai ajang bagi kita untuk bisa membuktikan pengetahuan dan potensi ilmiah yang dimiliki mahasiswa dan dosen dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam bentuk karya ilmiah,” tandasnya.
Sementara itu, Warek III UIN Datokarama, Dr Faisal Attamimi, saat membuka kegiatan, mengatakan, bimtek tersebut sangat penting dilaksanakan, mengingat UIN adalah sebuah institusi atau universitas yang salah satu ukurannya adalah tentang kebenaran ilmiah.
“Karena kebenaran yang bisa dibuktikan secara ilmiah itu validitasnya jauh lebih tinggi, meskipun secara ilmiah pula bisa digugat oleh penemuan selanjutnya. Tetapi itu memerlukan penelitian-penelitian juga. Begitulah dinamika,” ujarnya.
Ia mengakui, salah satu kelemahan mahasiswa adalah soal penulisan karya ilmiah, sehingga penting untuk selalu diberikan bimbingan.
Terkait tema kearifan lokal, lanjut dia, juga berhubungan dengan penyampaian Rektor UIN Datokarama bahwa UIN adalah kampus moderasi beragama.
“Kita tahu bahwa salah satu indikator seseorang itu disebut moderat adalah ketika dia memiliki penghormatan atau tidak mengabaikan aspek dari tradisi,” jelasnya.
Olehnya, kata dia, penting untuk melestarikan tradisi-tradisi positif atau kearifan lokal untuk menjadi inspirasi membangun peradaban masa depan. Karena tradisi atau budaya sebelumnya dalam sejarah sebenarnya adalah produk dari dialektika masyarakat, baik zamannya maupun manusianya, kemudian melahirkan sebuah peradaban.
“Tugas kita di zaman ini adalah bagaimana nilai-nilai positif yang lama itu bisa kita ambil. Jadi tanpa harus menafikan atau menghilangkan yang lama, kita bisa sekaligus mengambil yang baru,” jelasnya.
Tetapi, kata dia, karena UNI ada institusi yang notabene ada nama Islam di dalamnya, maka tidak terlepas dari istilah teologi, ideologi dan sebagainya.
“Nah di situlah kearifan para ulama bagaimana mereka membawa teologi itu masuk ke nusantara ini, tetapi tidak merusak tradisi. Bagaimana menjadikan tradisi atau kearifan itu menjadi energi positif membangun peradaban baru yang lahir dari interaksi dengan zaman baru dan juga manusia-manusia yang baru pada zamannya,”
Ia berharap kepada peserta agar menyimak dengan baik materi-materi yang disampaikan agar bisa menciptakan video-video kreatif yang bisa memadukan antara nilai-nilai agama dengan budaya, kearifan lokal dengan modernitas sehingga melahirkan peradaban yang positif.
Saat ini, kata dia, banyak diciptakan video-video provokasi, hoax dan seterusnya yang membenturkan nilai-nilai agama dengan nilai-nilai budaya, membenturkan nilai-nilai kemoderenan dengan tradisi.
“Tugas kita di dunia akademisi adalah mengonter itu dengan menampilkan video-video kreatif yang selalu mensinergikan, mencari titik temu. Bukan benturan, bukan konflik. Tapi kita mencari titik temu yang melahirkan peradaban baru yang harmonis,” tutupnya. (RIFAY)