PALU- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, KH. Zainal Abidin menyebutkan strategi dialog yang digunakan Kyai Haji Muhammad Adnan Arsal untuk mendamaikan Poso, sudah sesuai dengan ajaran Islam.
“Sudah sesuai yang disampaikan ulama-ulama kita dalam menyelesaikan konflik,” kata Zainal Abidin saat menjadi keynotspeaker dalam diskusi dan bedah buku,” Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso, yang ditulis Khoirul Anam, bertempat di Ballroom Swiss Bell Hotel kota Palu, Jumat (21/1).
Ia mengatakan, dalam buku yang ditulis tersebut, KH. Muhammad Adnan Arsal selalu mengutamakan dialog.
Menurut Zainal, memang dialog ini merupakan salah satu cara ketika kita menyelesaikan persoalan dan memecahkan perbedaan-perbedaan yang muncul.
“Semakin banyak berdialog, maka akan semakin terbuka, dibanding tertutup, kita tidak tahu apa yang diinginkan orang lain,” katanya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng ini mengatakan, konflik itu biasa terjadi, kalau kita saling curiga dan menuduh, dalam agama Islam disebut suudzon (buruk sangka).
“Jadi hilangkan buruk sangka, sebab itu perbuatan tidak terpuji,”sebutnya.
Olehnya, kata dia, selaku Ketua FKUB Sulteng dan Ketua MUI Kota Palu, dia tidak pernah berpikir ada Islamisasi dan tidak pernah berkata ada kristenisasi.
Ia juga mengutip, salah satu kata-kata yang disampaikan Haji Muhammad Adnan Arsal dalam buku tersebut yakni, jika agama dipelajari dan dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, maka pertikaian itu tidak akan terjadi.
Dalam salah satu qoutesnya, menuliskan, teks ajaran Islam itu baik dan benar yaitu Alquran dan hadis. Tapi tidak semua orang bisa memahaminya dan mengerti dengan baik benar dan utuh ajaran Alquran.
Ia melihat dan menilai KH. Muhammad Adnan Arsal yang ditahbiskan sebagai panglima damai Poso oleh sang penulis , merupakan sosok yang memiliki wawasan ilmu agama yang luas dan moderat.
“Semakin luas pengetahuan kita tentang ajaran agama , semakin bisa menghargai dan menghormati perbedaan orang lainnya, itu yang ada pada KH.Adnan Arsal,” pungkasnya.
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Nahdatul Ulama (NU) Sulteng, Dr. Lukman Tahir, lebih mengenal sosok Kiai Haji Muhammad Adnan Arsal sebagai panglima mujahid, yang kemudian bertransformasi menjadi Panglima Damai Poso seperti yang ditulis oleh penulis.
Ia lebih terkesan, melihat sosok H. Adnan Arsal, seorang ksatria, tokoh masyarakat yang melihat ketidakadilan, kezaliman dan Ia hadir memenuhi panggilan, ketidakadilan tersebut.
Sementara Ketua Majelis Pustaka Muhammadiyah Sulteng, Prof. Muh. Khairil tidak banyak memberikan komentar secara detail atas terbitnya buku Muhammad Adnan Arsal panglima damai Poso.
Ia bahkan hampir mengamini semua isi dari buku tersebut, tidak hanya mengalir tapi juga menceritakan proses yang ada.
Satu hal bisa dia ambil sebagai kutipan dari buku tersebut, hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mentransfer nilai agama bukan hanya dengan mendakwahkannya saja, tetapi memberikan contoh konkritnya.
“KH. Adnan Arsal bukanlah sosok yang tampil hari ini, tapi bagaimana perjalanan panjang Ustad Adnan Arsal istiqamah dari sebelum konflik sampai saat ini terus memperjuangkan nilai-nilai perdamaian, patut diapresiasi,” sebutnya.
Ia menambahkan, kita tidak akan pernah suci, dengan membenci para pendosa dan kita tidak akan putih dengan menghitamkan orang lain. Tapi kita hari ini hadir karena kita mempunyai nilai saham kebaikan, yang orang lain lihat tidak hari ini, tapi juga di masa lalu.
“Itulah sosok yang saya kenal dari KH.Adnan Arsal,” mengakhiri.
Sementara Sekjen PB. Alkhairaat, Ridwan Yalidjama melihat KH. Adnan Arsal sosok yang baik, sebab pikiran-pikirannya selalu positif dan mengedepankan etika dan akhlak.
“Jika mengedepankan etika dan akhlak, maka kemuliaan akan kita raih, itulah sosok KH.Adnan Arsal,”tandasnya.
Pemerhati sosial M. Najih Arromadloni mengatakan, Poso ini menjadi salah satu pengalaman pahit dari bangsa Indonesia dan tidak boleh terjadi dimanapun.
“Konflik ini betul-betul pahit dan belum selesai,” katanya.
Olehnya menurutnya, kita harus menghentikan kekerasan penandatanganan Deklarasi Malino, menurut agama sesuatu yang harus kita taati.
Ia mengatakan , dengan situasi Poso yang semakin baik, karena itu yang perlu dilakukan agar supaya tidak pecah dan kita semua, terutama orang-orang Poso harus menghapus dendam.
“Dendam ini tidak boleh dirawat dan sudah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad, SAW, pada saat penaklukan Mekkah,”tuturnya.
Dan ia mengatakan pesan yang disampaikan dalam buku tersebut, kita harus melawan akidah takfiri, budaya yang selalu membid’ahkan, memusyrikan, menyesatkan dan mengkafirkan. Inilah yang harus diperangi bersama-sama.
“Sebab ketika ideologi ini masih ada, maka selama itu pula konflik masih akan terjadi,” menyudahi.
Reporter: Ikram/Editor: Nanang