Upacara Bendera Jadi Pertemuan Terakhir Para Guru MAN 2 Palu dengan Tiga Siswanya

oleh -
Kepala Sekolah MAN 2 Palu H. Muh Syamsu Nursi saat di rumah duka Alm Nur Hidayah siswa MAN 2 Palu, Rabu (28/2) saat melepas jenazah almarhum, di Jln Batu bata Indah Kelurahan Birobuli Utara kecamatan Palu Selatan. Alm Nur Hidayah pagi tadi ditemukan terapung di sungai Palu. Almarhum merupakan salah satu korban meninggal dunia,dari tiga siswa/i MAN 2 Palu yang hanyut terseret arus air di Wera, Sigi, Senin (26/2). (Foto: IRMA/Media Alkhairaat)

PALU – Ajal manusia tak satupun bisa dihindari. Ia seperti bayangan yang selalu mengikuti. Kematian adalah titik akhir dari perjalanan hidup, suatu kepastian yang harus diterima dengan lapang dada. Meski tak terhindarkan, kita bisa merayakan kehidupan yang telah dilalui dan meninggalkan jejak yang berarti bagi yang ditinggalkan.

Begitu yang dirasakan oleh keluarga besar MAN 2 Palu yang harus kehilangan tiga siswa/i-nya yang merupakan siswa terbaik di MAN 2 Palu. Adalah Ma’nadilah (perempuan 17 tahun), alamat Desa Baliase Kecamatan Marawola Sigi, Muhajirin (laki-laki 19 tahun) alamat Jl. Setia Budi Palu, dan Nurhidayah (laki-laki 18 tahun) alamat Jl. Batu bata Indah Kelurahan Birobuli Kecamatan Palu Selatan Rahmat Palu, keduanya berjenis kelamin laki-laki.

Kepala Sekolah MAN 2 Palu H. Muh Syamsu Nursi mengatakan, tidak menyangka pada waktu upacara bendera hari Senin (26/2) itu merupakan pertemuan terakhirnya dengan ketiga siswa/i nya itu.

“Namanya juga ajal, semua tidak ada yang tahu. Hari Senin itu anak anak kelas XII merupakan upacara bendera terakhir kalinya. Usai upacara semua anak-anak termasuk ke tiga almarhum dan almarhumah itu saling maaf-maafkan. Salim dengan gurunya. Ini tradisi baru terjadi di MAN 2, biasanya setelah acara penamatan. Baru siswanya minta maaf antara guru dan siswa kelas 12. Hari Senin pagi itu seakan-akan pamitan ada yang mau pergi,” ujar Syamsu dengan mata berkaca-kaca kepada media ini, Rabu (28/2).

Muh Syamsu Nursi, menceritakan ketiga siswanya itu yang merupakan siswa/siswi yang paling aktif di sekolah, Mereka juga anggota OSIS dan sangat dicintai teman-temannya, karena paling santun dan supel.

“Almarumahh Ma’nadilah merupakan guru mengaji di kampungnya di Baliase. Orang di kampung sangat terpukul harus kehilangan Ma’nadilah, karena almarhumah sangat ikhlas dan mau mengajarkan mengaji, saat pulang sekolah kepada anak-anak di sana. Muhajirin (belum ditemukan), anaknya yang pendiam tapi sangat disenangi gurunya, karena semua tugas-tugas yang dibuat tidak pernah lambat dikerjakan. Begitu pula Nurhidayah. Nurhidayah dan Muhajirin sering menjadi suporter pada kegiatan olahraga,” ungkapnya.

Menurutnya, dia sendiri mendapatkan informasi atas musibah itu pada saat hendak shalat magrib. Itupun lewat info dari facebook Info Kota Palu.

“Saya lanjutkan ke group madrasah dan saya langsung perintah ke lokasi dan mengutus tiga orang guru ke lokasi Permandian Wera. Mereka para guru melakukan pertemuan dengan kepala desa, camat dan kepolisian setempat,” katanya.

Dia awalnya, mengiria bahwa korban yang meninggal dunia hanya satu orang. Namun ternyata ada dua lagi yang belum ditemukan. Tapi hari ini Nurhidayah sudah ditemukan. Adapun Muhajirin belum diketemukan.

Adapun mereka semua sebanyak 13 orang ke Wera, merupakan siswa satu kelas yakni kelas 12 IPS 2. Mereka ke sana atas inisiatif mereka. Berkumpul di rumahnya Ma’nadilah, lalu berramai-ramai menuju Wera.

Adanya kejadian ini dirinya sudah melaporkan ke kankawil Agama, namun Kankawil saat ini tengah umroh, sehingga selama pelepasan jenazah pihaknya didampingi oleh pihak pengawas dari kementrian agama.

Reporter: Irma
Editor: Nanang