PALU – Universitas Alkhairaat (Unisa) kembali menyalurkan bantuan ke desa mitranya di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala, tepatnya di Desa Lende Ntovea, Kecamatan Sirenja, belum lama ini.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Ahsan Marjudo bersama Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisa, Sitti Sabariyah, memimpin penyerahan bantuan secara simbolis kepada Kepala Desa (Kades) Lende Ntovea, di rumah darurat miliknya.
“Alhamdulillah kami dari Unisa berkesempatan bersilaturahim dengan masyarakat Desa Lende Ntovea ini. Desa ini merupakan salah satu mitra kami untuk kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Jadi kami merasa terpanggil untuk berbagi. Jangan dilihat nilainya, tapi keikhlasan para donatur yang menitipkan semua ini pada kami,” kata Sabariyah.
Menurutnya, sebagian besar bantuan itu berasal dari keluarga di Sulawesi Selatan.
“Saat kami di sana beberapa waktu lalu, mereka menitipkan pakaian layak, mukena, sajadah dan lainnya untuk disalurkan ke desa terdampak. Kebetulan Desa Lende Ntovea adalah mitra kami yang mengalami kerusakan terparah, maka amanah ini kami berikan di sini,” ujarnya.
Sementara Wakil Rektor Bidang Akademik, Ahsan Marjudo mengatakan, Lende Ntovea merupakan desa mitra keempat yang dikunjungi. Sebelumnya, mereka juga telah menyalurkan bantuan di Desa Enu, Kaliburu dan Sikara. Semuanya diwilayah Pantai Barat Kabupaten Donggala.
“Bantuan yang disalurkan berasal dari dosen dan karyawan Unisa, bahkan dari relasi dan keluarga para dosen yang ada di luar Sulawesi Tengah, seperti Jawa Barat dan Sulawesi Selatan,” tuturnya.
Ahsan menambahkan, keberadaan desa mitra ini sangat membantu para dosen untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Ke depan, Unisa diharapkan bersinergi dengan perguruan tinggi mapan seperti IPB untuk merustrukturisasi kembali desa terdampak bencana dengan melibatkan para dosen dalam rangka mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang melahirkan dokumen perencanaan pembangunan desa.
Desa Lende Ntovea merupakan salah satu titik terparah akibat bencana alam yang menimpa wilayah Sulteng, akhir September lalu.
Pantauan Media Alkhairaat, mayoritas bangunan, baik rumah ibadah maupun rumah penduduk di desa itu, rata dengan tanah. Beberapa bangunan yang terlihat masih berdiri, juga tidak layak huni. (IWANLAKI)