PALU – Sikola Mombine bekerjasama dengan Sasakawa Peace Foundation (SPF), sebuah organisasi
think tank asal di Tokyo, Jepang. Kerja sama ini dalam riset tentang Social and Solidarity Economy Organizations and Enterprises (SSEOE) berkontribusi dalam proses pembangunan di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, dengan fokus pada bagaimana mendorong inklusi sosial bagi perempuan dan kaum rentan, terutama penyandang disabilitas.
Menurut Nur Safitri, direktur eksekutif Sekolah Mobine Palu, riset ini dikerjakan bersama Sikola Mombine sejak Januari hingga Desember 2023, dimana Sikola Mombine telah memiliki pengalaman dalam melaksanakan program pemulihan ekonomi pasca bencana, serta program perlindungan perempuan dan anak pasca bencana di Kota Palu dan sekitarnya.
“Penelitian ini dilaksanakan di kota Palu berdasarkan pengalaman yang sama antara Kota Palu dan Jepang dalam hal kerentanan bencana serta ketangguhan masyarakat di masa tanggap bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi, hingga saat ini proses mitigasi bencana,” kata Nur Safitri pada acara Diseminasi Hasil Penelitian tentang Social and Solidarity Economy Organizations and Enterprises di Kota Palu, Hotel Jazz Palu Selatan, Selasa (19/9).
Menurutnya lagi, penelitian ini dikembangkan dengan pendekatan kualitatif yakni studi kasus, wawancara, dan observasi lapangan guna memperoleh wawasan dari pemangku kepentingan utama, termasuk pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam pemulihan pasca bencana.
Dia mengatakan, dalam waktu 6 bulan terakhir, Sikola Mombine dan Sasakawa Peace Foundation telah melakukan observasi serta diskusi mendalam dengan para stakeholder terkait, hingga melakukan diskusi terfokus dengan 7 kelompok informan dari perwakilan kelompok berbeda antara lain pemerintah, Perusahaan Swasta/BUMN (CSR), microfinance dan koperasi, organisasi/filantropi keagamaan, CSO/NGO, pelaku UMKM/Social enterpreuner hingga penerima manfaat.
Rangkaian aktivitas dalam memperoleh data dan pengetahuan secara komprehensif telah dianalisa dan diolah oleh tim peneliti. Agar hasil penelitian ini memperoleh validasi dan terbuka untuk menerima input dari para pihak, utamanya memberikan masukan untuk pengembangan program, pihaknya dalam waktu tiga tahun kedepan, akan melaksanakan diseminasi hasil penelitian tentang social solidarity ekonomi di Palu.
Direktur Gender Investment and Innovation Program Ayaka Matsuno mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penelitian. Meski belum ada desain, tapi menurut pandangannya Kota Palu memiliki potensi besar pada kearifan lokal dan sumber sumber daya alam sangat menjanjikan.
“Kami sebenarnya tahu tentang istilah Kota Palu Nosarara Nosabatutu, nilai Kota Palu ini sangat mirip dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Sasakawa Peace Foundation. Kita bersaudara, kita bersatu, kita melihat ada kesamaan misi. Mudah-mudahan kerja sama ini dapat berjalan dengan baik,” kata Ayaka Matsuno.
Sementara Sekretaris Kota Palu Irmayanti Petalolo mengatakan, hasil peneltian nanti diharapkan bisa menyadarkan seluruh kita seluruhnya, khususnya warga dan pemerintah Kota Palu, akan bencana 28 September 2018, lima tahun lalu. Untuk bisa lebih tahu dan peduli terhadap kondisi alam dan kondisi sosial dan ekonominya.
“Secara serius kita bisa secara terus menerus berikhtiar untuk memperkuat kapasitas masyarakat Kota Palu beserta kelembagaan ekonomi dan sosial, dengan melakukan serangkaian langkah antisipatif, dan adaptasi agar jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan seperti bencana alam. Maka seminimal mungkin korban dapat mengalami, dan pemulihan ekonomi dapat lebih cepat terwujud. Untuk itu tetap siaga dalam menghadapi kedaan darurat jika terjadinya bencana, dan memperkuat kapasitas daya lenting ekonomi pasca bencana,” katanya.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG