PALU – Pihak SMP Negeri 22 Palu memastikan masih menggunakan modem USB untuk mengakses jaringan internet saat pelaksaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), tahun ini.
Penggunaan modem tersebut sudah dilakukan sejak UNBK tahun sebelumnya, sehingga diyakini tidak ada masalah dengan jaringan internet.
“Alhamdulillah kami punya operator yang cerdasnya luar biasa. Sampai dia siapkan kartu itu lebih dari satu untuk mengantisipasi jika jaringan satu kurang baik, maka akan digantikan dengan kartu jaringan lain. Tapi selama ini kami masih gunakan Telkomsel,” kata Kepala SMPN 22 Palu, Suparman, di Palu, Rabu (23/01).
Dia mengaku, pascabencana alam 28 September 2018 lalu, beberapa computer di sekolahnya mengalami kerusakan dan telah memperbaiki dan ditata kembali. Tercatat sebanyak tiga unit yang tidak bisa lagi digunakan.
Untuk itu, pihaknya juga telah mengusulkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) setempat untuk mengganti computer yang telah rusak itu. Pihak Dikbud sendiri akan menyanggupinya.
“Kalau toh lambat, karena mungkin nanti bulan Maret. Jadi untuk simulasi yang ke dua ini, mungkin kami mengumpulkan laptop guru-guru dan kepala sekolah untuk sementara dimanfaatkan siswa-siswi. Yang penting simulasi kedua yang dijadwalkan 28 Februari ini akan berjalan sukses,” terangnya.
Untuk kwalitas siswa-siswi dalam penggunaan IT, dia tidak meragukannya. Menurutnya, kendati berada di pesisir Palu Utara, tetapi siswa-siswinya memiliki kemampuan yang bisa diandalkan.
“Tidak lagi meragukan kemampuan anak-anak kami yang 37 orang itu kalau soal IT, karena dilihat dari antusias mereka selama ini yang sangat baik, yang terus membiasakan diri dengan bimbingan operator yang kami andalkan,” ujarnya.
Persiapan lain yang dilakukan adalah memberlakukan sistem les yang sesuai aturan dinas dilaksanakan setelah selesai jam belajar. Khusus SMPN 22 telah menjadwalkan Senin, Selasa, Rabu dan Kamis.
“Tapi tergantung gurunya juga itu, kalau mereka masuk satu hari dua bidang studi berarti hanya dua hari saja lesnya. Jadi mereka menyesuaikan saja, karena guru-guru kami dari dalam Kota Palu semua,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga memacu tingkat belajar siswa-siswinya dengan belajar kelompok saat waktu luang.
“Kalau SMPN 22 tidak sama dengan SMP lain. Kalau kami muridnya satu lingkungan saja, tidak sama dengan sekolah lain yang murid-muridnya bertebaran dari mana-mana. Jadi biasanya anak-anak itu saya panggil belajar kelompok di situ. Kemudian saya punya operator itu juga selalu begitu, mengajak anak-anak untuk terus membiasakan diri di depan computer agar saat waktunya tiba mereka tidak demam IT,” tandasnya. (YAMIN)