Ujian Itu Hadiah

oleh -
Ilustrasi. (Youtube: Yufid TV)

Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah. Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa itupun merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang tegar menghadapinya.

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk berdo’a: “Ya Tuhan kami, jangnlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya…”(QS 2: 286)

Do’a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

BACA JUGA :  Khutbah Jumat Pertama Rasulullah setelah Hijrah ke Madinah

Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu kuitansi atau menerima komisi tak sah jutaan rupiah. Bukankah karena rasa takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke “orang pintar” agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke “kursi” yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan mengeluarkan zakat dan sadaqoh.

Al-Qur’an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: “Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS 2: 155)

Sejatinya, kesulitan itu ada dua macam, yakni kesulitan yang sengaja dibuat bahkan direncanakan oleh kita dan kesulitan yang diberikan Allah SWT. Pada kedua kesulitan tersebut terdapat kemuliaan atau kebaikan.

Kita suka membuat kesulitan karena yakin padanya terdapat kebaikan. Bekerja dan belajar, misalnya, merupakan aktivitas sulit. Namun, semuanya dilakukan dengan penuh kesenangan  karena kita yakin pada keduanya terdapat banyak kebaikan.

Dengan bekerja, kita akan mendapatkan upah untuk menopang kehidupan. Sedangkan, dengan belajar, kita akan mendapatkan ilmu. Bertambahnya ilmu tidak hanya akan mendatangkan kebaikan dunia tetapi juga kebaikan akhirat.

BACA JUGA :  Apel Hari Santri di Alkhairaat Layak Dicatat di Buku MURI

Sebagimana firman-Nya “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujadalah: 11).

Kebaikan yang sama terdapat pada kesulitan yang diberikan Allah SWT.  Di dalam Alquran, kesulitan jenis ini biasa disebut ujian (fitnah) atau mushibah. Mengenai kebaikan ujian (fitnah) ditegaskan oleh Alquran sebagai instrumen untuk menaikkan kualitas keimanan. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabut:2).

BACA JUGA :  Darurat Watusampu

Pada musibah pun terdapat kebaikan sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, Allah akan menimpakan kepadanya musibah.” (HR Imam al-Bukhari).

Secara terperinci dijelaskan dalam hadis lain bahwa kesulitan merupakan instrumen penghapus dosa, “Tiada seorang mukmin yang ditimpa oleh lelah atau penyakit atau risau pikiran atau sedih hati sampai jika terkena duri melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penghapus dosanya oleh Allah.” (HR Bukhari-Muslim).

Jadi, kita tidak boleh galau jika dihadapkan pada kesulitan karena padanya terdapat kebaikan dan kemuliaan. Bahkan, kalau perlu kesulitan harus direncanakan supaya hidup lebih baik dan mulia.  Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)