PALU – PT Citra Palu Minerals (CPM) tengah melakukan penilaian (assesment) kepada sejumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah lingkar tambang.
Penilaian tersebut merupakan langkah awal dari PT CPM untuk menumbuhkan pelaku-pelaku UMKM yang ada di wilayah lingkar tambang perusahaan. Pengembangan UMKM dinilai penting sebagai salah satu jalan untuk menciptakan kemandirian ekonomi warga di lingkar tambang.
Menurut Superintendent Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM-CSR), PT CPM, Rahyunita Handayani, program UMKM tersebut merupakan implementasi dari pilar keempat Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (RIPPM) PT CPM.
“Untuk itu, saat ini kami sedang melakukan ‘assesment’ awal sejauhmana UMKM itu berjalan. Dalam melakukan ‘assesment’ itu kami dibantu oleh tim,” ujarnya, saat melakukan FGD bersama pelaku UMKM di lingkar tambang, pekan lalu.
Kata dia, dari penilaian awal tersebut, pihaknya akan melihat kebutuhan dasar UMKM yang ada. Sebab, kata dia, kebutuhan setiap UMKM pastilah berbeda-beda, mulai dari modal untuk pengembangan usaha maupun sisi promosi usaha.
“Jadi sekarang ini kami belum bisa menentukan intervensi seperti apa yang bisa dilakukan oleh Perusahaan karena masih dilakukan ‘assesment’. Ini juga yang menjadi tujuan FGD untuk melihat UMKM itu bagaimana mereka berdiri atau seperti apa promosi-promosi yang mereka lakukan. Kami berharap, program ini juga bisa bekerja sama dengan pemerintah,” tuturnya.
FGD yang digelar di dua lokasi, masing-masing di Kelurahan Tondo yang dihadiri pelaku UMKM dari Tondo, Talise, dan Talise Valangguni serta di Lasoani yang dihadiri perwakilan UMKM dari Kawatuna, Lasoani, Tanahmodindi, dan Poboya.
FGD juga menghadirkan dua narasumber yang merupakan fasilitator UMKM, Fiki Feriyanto dan Moh Renaldi.
Keduanya sama-sama menyampaikan bagaimana strategi bisnis yang bisa dilakukan pelaku UMKM, khususnya di zaman digital seperti sekarang ini.
Di kesempatan itu, Fiki Feriyanto secara khusus memberikan metodologi analisis canvas untuk strategi bisnis bagi pelaku UMKM. Metode sederhana tersebut untuk menganalisis kekuatan usaha pelaku UMKM, mulai dari permodalan hingga pemasaran.
“Jadi metode ini bagaimana mengidentifikasi nilai dari suatu produk melalui diferensiasi produk yang akan dipromosikan atau mau dikenalkan ke konsumen. Disitu kita juga tau apa saja alat yang kita butuhkan dalam usaha, termasuk dalam satu lembar canvas itu sudah diketahui profit dan modal untuk menjalankan usaha,” tutur Fikri.
Ia berharap kepada CPM agar melakukan pendampingan sehingga bisa dikenali apa yang menjadi kebutuhan UMKM, lalu disusun secara jangka panjang sehingga bisa kelihatan penghasilan dan pemasukan.
“Kebutuhan modal dan alat itu perlu diperhatikan,” imbuhnya.
Sementara Moh Renaldi lebih banyak memberikan masukan mengenai strategi UMKM dalam memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran produk atau ‘digital marketing’.
“Sebenarnya tantangan UMKM di Kota Palu ini adalah adaptasi dengan permintaan pasar. Rata-rata dari mereka sangat kurang dalam pemanfaatan teknologi, hanya beberapa usaha yang hanya menggunakan platform media sosial yang mempromosikan usaha mereka,” ungkapnya.
Tantangan lainnya adalah ketakutan UMKM dalam mengembangkan usahanya. Jadi hanya segmentasi wilayah terdekat saja karena tidak punya rumah produksi sendiri.
“Karena memang basisnya cuma di rumah sendiri akhirnya mereka takut menambah karyawan karena takut rugi. Padahal dari hasil wawancara dan diskusi, justru jualannya laku,” katanya.
Winarni Haerudin (38), salah satu pelaku UMKM di Talise menceritakan bagaimana ia mulai usaha kurang lebih tahun 2017 lalu.
Wanita yang awalnya bekerja sebagai honorer di Bappeda Parigi Moutong selama kurang lebih 15 tahun memilih pulang ke Palu dan memulai usaha berjualan roti dan pisang dengan aneka rasa.
“Saya berjualan di Puskesmas Talise, di sekitar komplek rumah. Dalam seminggu saya sampai tiga kali produksi dengan sekali produksi sebanyak 60 buah,” ujarnya.
Namun, kata dia, ia terkendala keterbatasan karyawan karena pekerjaannya dari malam hingga subuh.
“Berkat program CPM ini, alhamdulillah saya bisa berkenalan dengan pelaku UMKM, tukar pengalaman dan dapat ilmu dari pemateri terkait apa saja yang perlu disiapkan sebelum berusaha,” katanya.
Ia berjanji akan melaksanakan strategi bisnis yang telah diperolehnya dari hasil FGD tersebut.
“Pangsa pasarnya seperti apa, dan bagaimana pengembangan bisnis selanjutnya,” tandasnya. */RIFAY