PALU- Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (PIlkada) Provinsi Sulawesi Tengah telah selesai dilaksanakan. Baik Pemilihan Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota.
Dari hasil sementara untuk pemilihan Bupati/Walikota sejumlah petahana tidak unggul meraih perolehan suara, hanya petahana Kabupaten Sigi masih unggul. Bahkan untuk pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur di tempat pemungutan suara (TPS ) sendiripun tidak unggul.
Menanggapi hal tersebut, Akademisi Universitas Tadulako (Untad), Dr. Slamet Riyadi Cante mengatakan, tumbangnya beberapa petahana dari berbagai kontestasi pilkada Sulteng merupakan sebuah fenomena unik yang menarik untuk di cermati.
Pengamat Politik ini berpendapat, sebab secara teori seharusnya petahana yang dapat meraih elektoral tinggi dalam pilkada, karena petahana sudah memiliki basis massa yang jelas selama lima tahun kepemimpinannya.
“Seharusnya petahana sebagai pengendali berbagai kebijakan, bisa lebih meningkatkan elektoralnya. Tapi faktanya di lapangan, kurang sekali. Ini menunjukkan kemampuan petahana dalam meningkatkan elektoral dan meyakinkan basis massanya, cenderung sangat lemah,” kata Slamet.
Sama halnya urai Slamet, adanya pasangan calon tidak unggul di Tempat Pemungutan Suara (TPS) tempatnya memilih. Ini menunjukkan ketidakmampuan calon tersebut meyakinkan basis-basis massa di sekitar lingkungannya sendiri.
Selain itu kata Slamet, mesin partai politik pengusung belum bekerja secara maksimal. Harusnya mesin politik partai ini mendorong electoral paslon tidak hanya berharap dari sisi pasangan calon.
Tapi imbuh Slamet, figur cukup menentukan dalam mengusung calon, partai politik, hanya sekadar kendaraan politik.
Olehnya, realitas ini penting menjadi pembelajaran politik buat petahana ke depan.
“Jika masih ada keinginan untuk ikut berkontestasi pilkada, harus senatiasa memelihara dan menjaga basis massanya. Utamanya kebijakan yang di kembangkan bisa mengayomi semua elemen masyarakat,” ujar pengamat kebijakan publik ini.
Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (Sulteng) ini mengatakan, pembenahan infrastruktur fisik tidak bisa menjadi indikator keberhasilan, dalam pengelolaan pemerintahan akan tetapi pendekatan humanistik jauh lebih efektif.
“Apalagi jika formulasi kebijakan yang digulirkan dapat lebih menyentuh harapan massa konstituenya. Dan secara tidak langsung akan mendapatkan simpatisan dan pada akhirnya akan meningkatkan elektoralnya,” ujarnya.
Slamet berharap, bagi kepala daerah terpilih dan akan dilnatik, nantinya dapat merealisasikan program-program disampaikan saat kampanye, sebab merupakan bagian dari kontrak politik bersama masyarakat.
“Tidak hanya sebagai janji-janji politik saja,” pungkasnya.
Hasil sementara perolehan suara Gubernur/ Wakil gubernur pukul 15.55 berdasarkan : https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkp
Paslon nomor urut 01 Dr. Mohammad Hidayat Lamakarate- Dr. Ir. Bartholomeus Tandigala persentase suara 41,2 persen total suara 205 869.
Paslon Nomor urut 02 H.Rusdy Mastura-Drs.Ma’ mun Amir , presentasi suara 58,8 persen, total suara 293 254.
Hasil sementara perolehan suara Bupati/Walikota
Kabupaten Tolitoli
Amran H.Yahya – Moh.Besar Bantilan, presentase suara 44,8 persen, total suara 25 108
Kabupaten Tojo una-una
Rendy M. Afandy Lamadjido- Drs.Hasan Lasiata, presentase suara 35,5 persen, total suara 11 099
Kabupaten Sigi
Muhammad Irwan- Dr. Samuel Yansen Pongi, presentasi suara 54,0 persen, total suara 17211
Kabupaten Banggai Laut
Sofyan Kaepa- Ablit, presentasi suara 35,6 persen, total suara 10 133
Kabupaten Morowali Utara
Dr.dr Delis Julkarson Hehi- Djira K, persentase suara 50,6 persen, total suara 16 262
Kota Palu
Hadianto Rasyid- dr. Reny A Lamadjido, persentase suara 40,3 persen, total suara 14 790
(Ikram)