DONGGALA – Meski teknologi pertanian modern sudah sangat berkembang, namun mayoritas masyarakat Desa Povelua, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala masih menggunakan cara tradisional menanam padi ladang.

Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga, khususnya di Dusun Sivua, Puntana, dan Duribali.

Mereka percaya metode ini ramah lingkungan, lebih sehat, dan menghasilkan padi ladang yang berkualitas tinggi, sehingga mereka terus menjaga dan mewariskan pengetahuan kepada generasi berikutnya.

Tokoh pemuda Desa Povelua, Anom Wangsa, mengatakan, menanam padi dengan cara tradisional di Desa Povelua bukan hanya sebuah mata pencaharian, tapi juga bagian dari kehidupan yang penuh makna.

Masyarakat Desa Povelua, kata Anom, sangat dekat dengan alam dan kearifan lokal yang turun temurun diwariskan, salah satunya tradisi menanam padi ladang. Petani di Povelua memperlakukan alam seperti orang tua mereka.

“Ada peribahasa terkenal dalam bahasa Kaili Unde berbunyi Indoku dunia, umaku Langi yang artinya bumi sebagai Ibu, alam raya sebagai ayah. Keduanya harus tetap dirawat. Begitulah petani memperlakukan alam,” ujar Anom kepada media ini, Ahad (03/08).

Anom menuturkan, masyarakat Povelua dalam menanam padi ladang melibatkan serangkaian upacara dan praktik adat yang memiliki nilai-nilai budaya dan spiritual.

Proses ini, kata dia, tidak hanya soal bercocok tanam, tetapi mencerminkan hubungan erat antara masyarakat, alam, dan kepercayaan mereka.

Tahapan Menanam Padi Ladang Hingga Panen

Sebelum menanam padi ladang, Anom menuturkan tahap pertama yang dilakukan adalah Nantalu atau membuka lahan.

Setelah lahan sudah siap maka para petani bergotong royong menanam padi ladang. Penanaman dilakukan dengan hati-hati agar jarak antar tanaman padi ladang cukup ideal untuk pertumbuhannya.

“Petani bergotong royong saling membantu satu sama lain agar pekerjaan cepat selesai. Setelah padi ditanam tahap selanjutnya pemeliharaan tanaman,” tutur Anom

Saat padi ladang sudah memasuki masa panen, petani Povelua lanjut Anom akan memulai proses panen dengan alat tradisional yang disebut dengan Nokato, atau memotong batang padi dengan hati-hati agar bulir padinya tidak rusak dan jatuh.

Proses ini dilakukan dengan gotong royong dimana anggota keluarga atau komunitas saling membantu.

“Setelah selesai Nokato (panen) padi akan dijemur dibawah sinar matahari hingga kering sebelum ditumbuk menjadi beras,” pungkasnya.