PALU – Robohnya tower transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo volt milik PLN di Poso, perlu dievaluasi, khususnya dari aspek konstruksi. Ada yang janggal dari konstruksi pondasi tower tersebut, sehingga bisa roboh pasca dihantam banjir bandang.
Hal ini berdasarkan analisa Pakar Teknik Struktur Kota Palu, Ir H Syaifulah Djafar atas pengamatannya pada gambar tower yang roboh tersebut.
“Terlihat memang agak janggal pada konstruksi pondasinya,” katanya kepada media ini, dua hari lalu.
Dia menguraikan beberapa hal yang perlu dievaluasi, yakni dimensi pondasi yang tampaknya terlalu kecil dibanding dengan konstruksi tower yang harus dipikul.
“Apalagi towernya memikul bentangan kabel yang melahirkan beban momen yang sangat besar,” ungkapnya.
Kemudian, kata Syaifullah, angker dari tower ke pondasi terlihat sangat sederhana dan hanya tampak satu saja. Akibatnya kekuatan tekan beton pada konstruksi pondasi sangat lemah sehingga nampak pecah. Selain itu, ada kemungkinan bahwa mutu baja dari konstruksi tower juga rendah, karena terlihat sangat rapuh dan sobek.
Menurutnya, sangat penting evaluasi dilakukan oleh tim teknis dari PLN.
“Pertanyaannya sangat jelas, apakah konstruksi pondasi tower memang harus seperti itu. Ini terlepas dari ada banjir atau tidak,” terang Syaifulah.
Kepala Dinas PU Bina Marga Sulteng itu menambahkan, jika konstruksi pondasi masih tetap sama pada tower-tower lainnya, maka potensi roboh akan tetap ada dengan pemicu lain selain banjir.
“Khusus dimensi pondasi, idealnya tidak seragam atau sama ukurannya untuk semua tower. Tiap titik tower mestinya berbeda, tergantung dari karateristik tanah setempat, apalagi kalau daerah yang rawan banjir, dimensi pondasi harusnya berbeda dengan daerah normal,” tutup Syaifullah.
DM Hukum dan Komunikasi PLN Wilayah Suluttenggo, Jantje Rau mengatakan, hanya satu bagian angker kaki tower yang tergerus air. Soal struktur pondasi dan struktur baja tower itu, menurutnya, sudah sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan dalam pembangunan itu.
“Untuk membangun satu tower atau transmisi, dari PLN dimulai dari satu kajian. Yang pasti dalam pembangunan itu sesuai dengan konstruksi yang dipersyaratkan dalam aturan,” imbuhnya.
Sebelumnya PLN melaporkan bahwa tiang tinggi transmisi SUTT 150 kilo volt yang menghubungkan jaringan listrik dari PLTA Poso ke Gardu Induk Sidera, Kabupaten Sigi yang berdiri di dekat aliran Sungai Puna, Poso, roboh dihantam banjir pada Senin (24/4) sekitar 08.30 Wita.
Akibatnya sebagian wilayah Sulawesi Tengah, terutama yang dilayani sistem kelistrikan Palu, Donggala, Parigi dan Sigi (Palapas) harus mengalami pemadaman bergilir.
Pihak PLN telah menerjunkan 50 tenaga teknisi, gabungan area Sulawesi Tengah, Utara dan Gorontalo (Suluttenggo) yang terdiri dari tim Pekerja Dalam Keadaan Bertegangan Menengah (PDK-BM) ke lokasi kejadian untuk membangun tower emergency sambil menunggu pembangunan tower permanen.
Pantauan MAL, Selasa (25/04), setibanya di lokasi, para tenaga teknisi dengan peralatan lengkap langsung memantau kondisi tower dan mengamankan lokasi dari jangkauan aktivitas warga yang selama ini beraktivitas di lokasi tersebut.
Supervisor pemeliharaan transimisi gardu induk area Sulawesi Tengah, Muhammad Fahri, mengatakan, tenaga teknisi yang diterjunkan dipastikan akan bekerja secara marathon selama 8 hari kedepan.
Ditambahkan Fahri, selain tower SUTT 46, dua tower lainnya, masing-masing tower 45 dan 47 juga ikut mengalami kerusakan dengan kemiringan hingga mencapai 4 derajat yang ikut berdampak kepada devisitnya pasokan listrik.
“Posisi tower sebelum terkena abrasi cukup jauh dari sungai, namun karena hujan yang cukup tinggi ikut berdampak tergerusnya bibir sungai yang akhirnya merobohkan tiang 46,” jelasnya.
Terpisah, Wali Kota Palu, Hidayat, mengatakan, terkait peristiwa itu, PLN haruslah menyosialisasikan secara luas agar warga tidak menuduh pemerintah yang seenaknya memadamkan lampu.
“PLN harus menyampaikan hal ini kepada masyarakat luas, baik itu di media massa maupun membuat surat pemberitahuan ke rumah-rumah ibadah,” katanya.
Menurutnya, kejadian ini harus dijadikan pengalaman berharga oleh PLN agar tidak hanya dapat bergantung pada satu pasokan saja seperti di PLTA Sulewana.
“Sudah waktunya PLN melakukan peninjauan kembali tentang pengaturan distribusi dayanya sehingga jika ketika suatu waktu terjadi lagi hal seperti ini, maka tidak ada pemadaman separah saat ini. Bagaimana kita dapat kepercayaan investor yang akan menanamkan modalnya didaerah kita kalau listrik sering padam. Anehnya, kita mengaku surplus kelistrikan,” pungkasnya. (FAUZI/MANSUR/ HAMID)