PALU – Batalnya penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Kabupaten Buol tahun 2022 mendatang, tentu menjadi kabar tak sedap bagi insan olahraga di Kabupaten Buol dan masyarakat secara umum.
Perhatian pun langsung tertuju pada KONI Kabupaten Buol sebagai penyelenggara. Memandang itu, beberapa tokoh mengkritik organisasi yang dinakhodai Abdullah Batalipu itu.
“Jadi KONI Buol tidak hanya mengambil hikmah atas kegagalan ini, namun perlu dievaluasi atas batalnya sebagai tuan rumah,” ujar Tokoh Pemuda Buol Amir Takuloe, kepada media ini, Kamis (18/11).
Menurut Amir Takuloe, mestinya KONI Buol selaku wadah organisasi cabang olahraga di daerah, menjadi garda terdepan dalam menyelenggarakan dan mensukseskan event bergengsi empat tahunan ini.
Namun dengan gagal sebagai tuan rumah, KONI Kabupaten Buol perlu penyegaran. “Sulit rasanya kita memberikan apresiasi, karena KONI tidak optimal dan maksimal dalam merealisasikan Buol sebagai tuan rumah,” ujarnya.
Sebagai masyarakat, tambah Amir, pihaknya sangat menyayangkan ketidaksiapan Pemerintah Daerah dan KONI Buol. Sementara jauh-jauh hari sebelumnya, masyarakat sudah heboh dengan adanya event olahraga antar Kabupaten yang dipusatkan di kabupaten itu.
“Ya, kami berharap dunia olahraga di Buol tidak kecewa,” ujar Amir.
Mestinya, menurutnya, dengan menjadi tuan rumah PORPROV, momentum bagi insan olahraga di Tanah Pogogul dalam menunjukkan skil dan kemampuan. Karena dari ajang ini bisa saja akan lahir atlet-atlet berprestasi lalu tampil di pentas Nasional maupun Internasional.
“Sebenarnya ini momentum menciptakan sejarah baru bagi Kabupaten Buol ,” pungkasnya.
Ia juga berharap sudah selayaknya ada penyegaran di tubuh KONI Kabupaten Buol, sehingga kedepan hal-hal seperti ini tidak terulang kembali.
Hal senada diungkapkan Kasmat Ibrahim. Politisi kawakan Partai Demokrat ini menilai ketidaksiapan Buol sebagai tuan rumah PORPROV 2022, bukan karena pemerintah dan masyarakat tidak merespon. Namun karena KONI Buol sebagai fasilitator PORPROV terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan Belanja Dareah (APBD).
Harusnya kata Kasmat, dipahami bahwa posisi APBD Buol kecil dan terkuras habis untuk menangani hal-hal yang sifatnya mendesak. Belum lagi ditambah dengan pembiayaan penanggulangan Covid 19.
“Intinya kegagalan sebagai tuan rumah POROROV adalah bentuk kegagalan KONI Kabupaten Buol,” cetusnya.
Menurutnya, belajar dari sepak terjang Ketum KONI Sulteng M Nizar Rahmatu, meski baru beberapa bulan menjabat namun telah berani melakukan terobosan dan langkah nyata.
Nizar Rahmatu kata Kasmat begitu aktif membangun komunikasi bahkan bekerjasama dengan pihak swasta melalui konsep sponsorship. Harusnya langkah-langkah kongkrit seperti ini, dapat diikuti oleh KONI kabupaten lain, sehingga bisa menemukan jalan keluar dan tidak bergantung pada dana APBD semata.
“Konsep dan strategi Nizar Rahmatu selaku Ketum KONI Provinsi yang visioner dan out of the box harusnya diikuti oleh KONI- KONI Kabupaten,” pungkasnya.
Reporter: Irma