TOUNA – Pilihan boleh beda tapi jauh dari isu SARA. Sebuah kalimat yang terdengar sederhana akan tetapi memiliki makna yang sangat dalam.
Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan agama ini akan segera melangsungkan Pemilu Tahun 2019 ini.
Sebagai negara yang besar, bukanlah hal yang mengejutkan jika banyak isu-isu merebak ke dalam kehidupan masyarakat, termasuk di daerah-daerah.
Di tataran daerah, patut diakui sedang gempar dan dirundung isu-isu yang mengancam perpecahan dan di antara isu-isu itu terdapat nuansa SARA yang melibatkan identitas Suku, Agama, Ras, dan Golongan.
Selain isu SARA, ada juga berita bohong atau hoax yang sedang marak di dalam negeri, baik itu menyangkut politik maupun agama, yang terus meresahkan masyarakat.
Segala upaya telah dilakukan oleh lembaga-lembaga negara untuk mengatasi masalah ini. Namun upaya itu tidaklah bisa maksimal, jika tidak didukung dengan peran serta elemen, termasuk tokoh masyarakat untuk terlibat aktif saling mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terpancing.
“Di jaman sekarang ini banyak oknum yang menyebarkan berita bohong atau hoax untuk menjatuhkan orang lain demi meraih keuntungan,” kata Satar Laopa, salah satu Tokoh Masyarakat Kabupaten Tojo Una-Una (Touna), baru-baru ini.
Menurutnya, strategi seperti ini membuat masyarakat yang sebelumnya cukup toleran, menjadi terpicu hoax yang disampaikan secara terus-menerus.
Menurutnya, hal paling utama yang dilakukan untuk menangkal isu-isu itu adalah, masyarakat mengingat kembali bahwa Indonesia menghargai agama seluruh rakyatnya.
“Jadi yang perlu ditekankan untuk menangkal konflik bernuansa SARA adalah dengan toleransi. Isu-isu SARA digunakan tidak berdiri sendiri sebenarnya, tetapi dia diusung dan digunakan dengan menggunakan pemberitaan bohong atau hoax sehinga masyarakat dengan mudah tersulut,” tambahnya.
Dia pun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk santun dan bijak dalam bermedia sosial dan tidak mudah terpancing pada hal-hal yang sengaja memecah belah persatuan.
“Kami juga mengharapkan masyarakat senantiasa menampilkan sikap dan perilaku yang santun dalam berdemokrasi dengan menggunakan hak pilih sesuai hati nurani, tanpa ada tekanan dari kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan,” tambahnya.
Kata dia, Pileg dan Pilpres sudah di depan mata, tepatnya pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Untuk itu, dia berharap kepada semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan Pemilu 2019 agar berjalan sukses, aman dan lancar.
“Jangan mudah terprovokasi dengan isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Gunakan hak suara anda dengan cerdas,” tegasnya.
Jangan sampai, kata dia, karena pilihan presiden/wakil presiden dan caleg berbeda, lalu tidak mau lagi bersama dengan orang lain yang beda pilihan. (RIFAY)