BANGGAI – Pemudik memadati pelabuhan kapal ferry Luwuk – Banggai, pada dua pelayaran tanggal 16 dan 18 April 2023 lalu.
Sejak siang, pemudik sudah memenuhi ruang tunggu dan bersiap mengantre tiket di loket pembelian.
Namun, meskipun sudah menunggu beberapa jam sebelum loket tiket dibuka, mereka masih kehabisan tiket ekonomi. Tiket VIP bahkan sudah habis ketika loket baru saja dibuka.
Hal tersebut menuai keluhan dari para penumpang, tetapi mereka tetap membeli tiket meski tidak mendapatkan kasur ekonomi hingga kursi.
Muhammad, salah seorang penumpang menyampaikan pengalamannya beberapa kali membeli tiket VIP Kapal Ferry.
Ia membeli untuk beberapa orang, tidak melalui loket penjualan tiket, tetapi langsung ke kantor pelabuhan Ferry.
“Saya punya kenalan yang kerja di kantor pelabuhan ferry. Katanya kalau mau beli tiket VIP supaya tidak kehabisan, beli di kantor saja. Jadi kalau datang untuk beli tiket, langsung saja bilang mau beli tiket dengan wajah yakin. Karena kalau terlihat bingung mereka arahkan ke loket pembelian, menunggu loket buka. Tapi kalo yakin, itu kayak sudah janjian dengan siapa begitu,” ucap Muhammad.
SPV Pelabuhan Luwuk, Hendro Prabowo, mengatakan berdasarkan data, per satu bulan, terjadi kelonjakan itu di H-6 mendekati hari H.
Presentasi kelonjakan jumlah penumpang muatan reguler H-6 itu sampai 30%, meningkat secara bertahap, semakin dekat lebaran semakin melonjak.
“Dari segi muatan yang ada di atas kapal dan ruangan-ruangan, akomodasi di atas kapal itu, kita jualnya itu sesuai kapasitas atas kapal. Kapasitas itu dihitung dari alat keselamatan untuk jumlah angkut orang, kalau untuk kendaraan belum bisa dipastikan tergantung jumlah muatan kendaraan itu,” kata Hendro.
Mengenai penomoran tiket kursi, Hendro menegaskan bahwa pihaknya sudah menjual berdasarkan kapasitas. Jika ada penumpang yang tidak mendapatkan kursi padahal sudah membeli tiket, itu tergantung pengaturan kru kapal, ketika kapal berangkat.
“Biasanya penumpang sendiri yang membawa kasur, karpet, tapi intinya di ruangan yang tidak sempit, nanti kru yang akan mengarahkannya di mana supaya tidak menganggu lalu lintas pengunjung. Jika saya menjadi pengguna saja, saya mungkin akan komplain,” tegasnya.
Ketika dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp, Rabu (19/04) mengenai sistem booking tiket, Hendro tidak memberikan pernyataan apapun. Ia hanya mengatakan, ketentuan loket dibuka pukul 3 sore.
Media ini menghimpun beberapa pengalaman pemudik ke Banggai Laut melalui kapal Ferry.
Lusi, Pegawai dari Jakarta yang mendapatkan tiket kursi dengan harga 93 ribu menyayangkan sistem pembelian tiket kapal Ferry.
Ia mengantre pukul 3 sore sementara loket pembelian tiket buka pukul 4, dan dia hanya mendapatkan tiket kursi, Selasa (18/04).
“Sangat tidak masuk akal, saya sudah antri tiket dari jam 3, tapi tetap tidak dapat tempat tidur juga. Loket dibuka sekitar jam 4 sore. Yang bikin heran, loket baru buka, tapi tiket sudah banyak yang sold out. Katanya sudah banyak yang booking duluan. Bagaimana ini sistemnya sebenarnya, loket tiket baru mulai penjualan hari H keberangkatan jam 4 sore, tapi sudah ada yang dijual duluan sebelum jadwal loket dibuka,” ujar Lusi.
Jika sistemnya demikian, kata Lusi, sebaiknya penjualan tiket beralih ke sistem online, sehingga memudahkan semua orang. Tidak perlu mengantri untuk tiket yang sudah terjual.
“Bikin jengkel itu, saya sudah antri dari loket belum dibuka, pas dibuka ternyata dibilang kamar sudah full, sudah dipesan semua. Tiket VIP juga sudah ada yang isi. Kalo mau begitu ubah sistem, jual saja tiket online dari jauh hari kayak pesawat, buka untuk umum, bukan terima titipan diam-diam. Ini kapal pelni, plat merah, punya pemerintah, ada aturan main,” protesnya.
Pemudik yang kebagian tiket kursi harus bergerak cepat memilih kursi mana yang akan diduduki. Sebab baik tiket maupun kursi tidak ada penomoran, sehingga penumpang bebas memilih kursi.
Tidak jarang mereka yang mengantongi tiket kursi tidak pula mendapatkan kursi, karena sudah terisi semua.
Biasanya, penumpang mengantisipasi dengan membawa alas duduk seperti tikar untuk digelar di lantai kapal yang kosong, meski mereka sudah membeli tiket.
“Jadi harus cepat, taruh barang di kursi. Kita berebutan untuk dapat kursi. Tidak sesuai saya rasa, karena harusnya kan, biar kursi dikasih nomor juga, disamakan dengan bolsak (kasur),” jelas Findy, Selasa (18/04).
Habib, mahasiswa dari Kota Palu juga mengantre sejak jam 3 sore. Ia berhasil mendapatkan tiket ekonomi seharga 105 ribu.
“Saya ke loket tiket jam 10 pagi, loket belum buka. Saya datang lagi pukul 1 siang, tapi belum buka lagi. Nanti jam 3 sore, baru buka, tapi torang so baku sikut. Banyak sekali orang, berdempetan, dan baku rebut untuk bisa dapat tempat tidur,” ujar Habib, Ahad (16/04).
Berbeda dengan Habib yang mendapatkan tiket kasur ekonomi, Fadlan, mahasiswa Luwuk tidak mendapatkan fasilitas apapun baik kasur ekonomi maupun kursi.
Ia mengaku membeli tiket dengan harga tiket ekonomi.
“Saya antri tiket, ada yang memotong. Ada juga yang sudah titip sama kenalannya di antrian depan. Saya beli tiket dengan harga tiket yang sama dengan orang yang dapat ranjang, kon tidak dapat tempat. Saya dan penumpang lainnya, banyak orang terpaksa tidur di lantai parkiran kendaraan bahkan tanpa alas. Bangun tidur baju so macam orang habis ba kuli bangunan so ba abu (debu),” terangnya.
Reporter : Iker/Editor : Rifay