DONGGALA – Tiga seniman asal Sulawesi Tengah sedang mengampanyekan kain tenun Donggala di atas kamvas. Ketiganya adalah Mohammad Azis Alkatiri (54 tahun), Fathuddin Mujahid (58 tahun), keduanya tinggal di Palu, sedangkan satunya lagi Irman Ladudin tinggal di Kota Donggala.

Ketiga seniman tersebut adalah pelukis otodidak yang telah memiliki reputasi masing-masing dengan gaya khasnya. Azis Alkatiri, misalnya. Ia dikenal sebagai pelukis realis menghasilkan dua lukisan tenun sarung Donggala sejak tahun 2015 dan 2016 lalu. Kedua karyanya telah mengikuti pameran di berbagai event nasional dan regional yang dilaksanakan Galeri Nasional, Taman Budaya Sulteng dan komunitas seni.

“Lukisan saya tentang sarung Donggala itu bukan saja menampilkan gambaran orang sedang menenun, melainkan satu di antaranya betul-betul memakai kain hasil tenunan sebagai kanvas,” jelas Azis Alkatiri, belum lama ini.

Sedangkan pelukis Fathuddin Mujahid, baru saja menyelesaikan lukisan tenun Donggala pada awal Ramadhan ini, setelah dikerjakan dalam waktu hampir dua bulan.

Menurutnya, karyanya itu merupakan pesanan dari Ketua Asosiasi Tenun Donggala, Imam Basuki dan hasilnya bisa dirampungkan sesuai target waktu.

Inti lukisan menggambarkan sebuah visualisasi dari awal pembuatan dari benang-benang hingga menjadi kain lembaran sarung. Ditampilkan secara realitas dengan penggunaan dua teknologi tenun berupa gedogan yang tradisional dan yang modern dinamai ATBN (Alat Tenun Bukan Mesin).

Di sisi lain dalam kolase lukisan itu Fathuddin menampilkan adanya orang sedang memakai sarung hasil kerajinan dan adanya pesan-pesan semacam imbauan pelestarian kain tenun Donggala. Goresan kuas cukup tegas dengan pewarnaan cukup mencolok dominasi warna kuning, cukup memberi kesan meriah selain terkumpulnya adegan gambar dalam satu kanvas.

Adapun lukisan tentang tenun yang sedang dirampungkan Irman Ladudin, menampilkan pada dua lembar kanvas, masing-masing visual penenun memakai gedogan dan satunya menggunakan ATBM.

“Gambaran dua jenis lukisan orang menenun kain itu saya tampilkan sesuai pesanan dengan menggunakan objek foto, kemudian diekspresikan di kanvas. Tentunya mengalami perubahan tidak sama persis di foto asli agar memiliki nilai estetik tersendiri,” jelas Irman.

Menurut Ketua Asosiasi Tenun Donggala, Imam Basuki, lukisan tentang tenun sebagai bagian promosi dan ajakan bagi seluruh pihak untuk mencintai tenun karya budaya daerah Donggala.

“Lukisan merupakan cara lain untuk pelestarian tenun yang sama-sama merupakan karya seni yang indah,” katanya.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay