Tiga Pesan Rasulullah

oleh -
Ilustrasi. (media.alkhairaat.id)

Nabi Muhammad SAW, junjungan kita sudah tidak ada. Namun banyak peringatan dan pesan-pesan beliau buat umatnya, baik dalam bentuk contoh teladan lewat sifat dan akhlaknya, ucapan maupun perbuatannya yang terangkum dalam hadits.

Setidaknya ada tiga pesan Rasulullah yang perlu kita renungi: Pertama, dikeroyok oleh musuh. Prediksi ini seperti dijelaskan oleh Rasulullah saw, “Hampir tiba masanya bahwa kamu akan dikeroyok oleh bangsa-bangsa sebagaimana orang-orang yang hadir dalam pesta jamuan makan mencaplok hidangan yang disediakan bagi mereka. Seorang sahabat bertanya; “Apakah disebabkan bilangan kami sedikit di waktu itu ya Rasulullah. Beliau menjawab; “Bahkan bilangan kamu di waktu itu banyak (mayoritas), tetapi kamu tak ubahnya seperti air buih di kala banjir. Allah akan mencabut rasa ketakutan dari dada musuhmu, sebaliknya Dia akan masukkan ke dalam hati-hati kamu penyakit al-wahn. Lalu sahabat bertanya, ya Rasulullah, apakah al-wahn itu, cinta dunia (hubbud dunya) dan gentar menghadapi risiko kematian (wakarahiyatul maut), jawab Rasulullah saw.” (HR. Abu Daud dari Tsauban).

Umat Islam sekarang ini berjumlah 1,7 miliar lebih, dari 7 miliar penduduk bumi, selebihnya non muslim, seperti Yahudi, Nasrani maupun agama ardhi lainnya.

Tetapi ironisnya umat Islam yang besar itu tidak memiliki kekuatan yang diibaratkan Rasulullah saw, ka ghutsais saili (seperti buih air bah; ke mana angin bertiup ke sanalah ia pergi). Artinya, tidak istiqamah dan pendirian yang kuat, karena mereka sudah dihinggapi penyakit al-wahn (cinta dunia berlebihan dan takut akan mati).

Kedua, adalah berkenaan dengan persatuan dan perpecahan. Rasulullah saw bersabda, “Apabila khazanah-khazanah perbendaharaan Persia dan Romawi telah dapat kamu kuasai, bagaimana keadaan kamu waktu itu, tanya Rasulullah, Abdurrahman bin Auf menjawab; Kami akan tetap bersatu seperti apa yang diperintahkan Allah kepada kami”.

Rasulullah menambahkan “Bahkan kamu waktu itu akan saling berebut-rebutan, saling dengki mendengki, kemudian saling bertolak belakang dan benci membenci, kemudian kamu pergi ke rumah-rumah kaum muhajirin, maka kamu tindas satu dengan yang lainnya.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar ra).

Islam tidak bisa kuat tanpa persatuan dan ukhuwah islamiyah yang sejati seperti digembleng oleh Rasulullah saw, bukan persatuan yang munafik di bawah Abdullah bin Saba’, bukan pula persatuan di meja judi, persatuan yang semu dan palsu, seperti diingatkan Allah Swt, “Tahsabuhum jami’a wa qulubuhum syatta (Engkau kira mereka bersatu padahal hati mereka berpecah-belah).” (QS. al-Hasyr: 14).

Kita lihat saat ini kaum muslimin mayoritas dalam bilangan, tetapi minoritas dalam kekuasaan. Mayoritas dalam jasa (andil perjuangan), tetapi minoritas dalam laba. Ya, merekalah yang menanam padinya, tetapi orang lain yang mengetam buahnya. Kita yang membangun gedungnya, tetapi orang lain yang pesta ria menghuninya.

Kapan kita akan mengubah nasib buruk ini, demi masa depan Islam dan muslimin? Jawabannya bukan pada orang lain, tetapi pada kesadaran masing-masing diri kita sendiri, di mana pun kita tegak berdiri.

Saat ini umat Islam terus mencari dan menanti pemimpin muslim yang mampu memersatukan kekuatan Islam dan memajukannya. Bukan melemahkan, yang dapat memudarkan cahaya Islam dan menggagalkan umat yang mempunyai potensi besar ini menjadi kerdil dan gurem tak berperan.

Ketiga, tentang sikap umat Islam dalam menghadapi tantangan keadaan dan situasi, sebagaimana hadis berikut, “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, terimalah pemberian selama ia merupakan pemberian, tetapi bila ia telah berubah menjadi sogokan terhadap agama, maka janganlah kamu ambil pemberian itu. Ketahuilah jika Islam itu beredar di suatu daerah, maka hendaklah kamu beredar bersama Islam, ke mana saja ia beredar. Ketahuilah bahwa Alquran dan sultan (penguasa) akan bersimpang jalan pada suatu waktu, maka dari itu janganlah engkau berpisah dengan Alquran itu. Ketahuilah bahwa suatu waktu waktu kamu akan diperintah oleh amir-amir (pejabat) yang menyesatkan. Mereka memerintah untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan kamu. Jika kamu taati mereka, mereka menyesatkan kamu dan jika kamu durhakai mereka, mereka akan menumpas kamu. Lalu para sahabat bertanya: “Kalau begitu apa yang harus kami lakukan ya Rasulullah? Nabi menjawab: “Seperti apa yang telah diperbuat oleh sahabat-sahabat (pengikut Isa bin Maryam). Mereka digergaji dengan gigi gergaji dan digantung di atas pohon. Demi Tuhan yang nyawaku di tangan-Nya, sesungguhnya mati dalam menaati Allah lebih baik dari pada hidup mendurhakai Allah.” (HR. Abu Na’im dari Muaz bin Jabal).

Rasulullah saw menggambarkan suatu keadaan yang suram, di mana akhlak dan moral manusia berubah menjadi memburuk pada suatu masa, sehingga nilai-nilai norma agama dan etika dikesampingkan. Wallahua’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)