PALU – Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 secara Nasional dilaksanakan, Selasa (08/05). Khusus Universitas Tadulako (Untad), peserta yang mengikuti mencapai 9.994 orang.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Sutarman Yodo, selaku Ketua Panitia SBMPTN Untad, melaporkan, peserta SBMPTN tahun 2018 ini, 2.425 diantaranya adalah peserta Saintek, Soshum 3.196 dan campuran 4.148 orang, ditambah peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebanyak 225 orang.
Diantara jumlah itu, terdapat tiga peserta yang berkebutuhan khusus. Satu tuna rungu dan dua tuna netra.
Untuk menampung jumlah itu, panitia menyiapkan 501 ruangan yang diawasi oleh 102 petugas pengawas.
“Panitia telah berusaha agar peserta yang berkebutuhan khusus dipindahkan ke kampus utama dengan harapan pelayanan bisa lebih baik. Namum yang bersangkutan ternyata menolak. Tapi tidak masalah karena inti dari pelaksanaan SBMPTN ini adalah bagaimana kegiatan ini berjalan aman, lancar dan tentram,” katanya saat kegiatan penyerahan naskah ujian jalur SBMPTN, di Gedung Rektorat Untad, Selasa (08/05).
Sementara Rektor Untad, Prof. Muhammad Basir meminta kepada panitia untuk memberikan perlakuan yang baik kepada peserta yang berkebutuhan khusus.
Sebab menurutnya, hal yang seperti itu selalu sensitif dan selalu menjadi isu nasional, yang menjadi pembahasan setiap pertemuan majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri.
“Kenapa mereka ini harus kita perlakukan dengan istimewa karena bangsa ini ingin menunjukan bahwa mereka juga harus diberi ruang yang sama dengan sudaranya. Walau nanti pada akhirnya mereka tidak lulus, itu hal yang lain,” tandasnya.
Dia menambahkan, pelaksanaan SBMPTN di Indonesia masih dianggap teraman dari segala intrik, dibandingkan dengan Ujian Nasional (UN).
“SBMPTN ini mendapat pengakuan yang luar biasa. Itulah sebabnya, kadang kita rasakan, terutama bapak-bapak rektor yang ada di Perguruan Tinggi besar di Jawa sering mendapat keluhan karena sahabat-sahabat terdekat mereka baik di DPR atau Kementerian sulit menembuskan anak-anak mereka,” ujarnya.
Kata rektor, atas pengakuan itu, dapat diartikan bahwa proses di SBMPTN mendapat jaminan bahwa apa yang menjadi roh dari SBMPTN yang bersifat kreditible, beda dengan SMPTN yang bersifat evaluative.
Mewakili panitia pusat, Rektor Basir memohon kepada penanggung jawab lokasi untuk meneruskan pesan kepada penanggung jawab ruang ujian, agar bekerja baik, sembari mengingatkan kepada pengawas untuk tidak mondar mandir menunjukan identitasnya.
“Hilangkan menanyakan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan yang diatur dalam SOP SBMPTN 2018,” pesannya.
Rektor juga meminta kepada pengawas untuk lebih teliti mengecek foto asli di kartu peserta, agar tidak kercolongan dari praktik joki.
“Di Tadulako belum pernah kita temukan. Prodi tertentu misalnya kedokteran, itu diburu para joki professional di seluruh Indonesia dan untuk Trans Sulawesi itu sudah ada mafianya untuk pendidikan dokter,” ungkapnya.
Penyerahan naskah ujian kemarin dihadiri Tim Unnes Pusat, ketua senat, ketua dewan pertimbangan, para warek dan seluruh dekan di Untad. (YAMIN)