Adalah sahabat Nabi SAW bernama Abu Yazid al-Bustami. Ia dikenal sebagai sahabat yang amat tekun bermunajat pada Allah. Bila sudah berzikir pada Allah, dia selalu diliputi hati senang, pikirannya seolah-olah melayang sampai ke Arsy.
“Aku berharap kelak menjadi tetangga Rasulullah saw di surga,” bisik hati kecilnya.
Dikisahkan, pada suatu hari, Abu Yazid pergi berziarah ke makam Rasulullah Saw. Di makam Nabi yang mulia itu, Abu Yazid bermunajat kepada Allah agar dapat dijadikan sebagai tetangga Rasulullah Saw, di akhirat kelak.
Tak lama kemudian, di antara setengah sadar, Abu Yazid seperti mendengar ada suara yang memanggilnya seraya berkata: “Sesungguhnya engkau kelak di surga akan bertetangga dengan budak dari salah seorang imam yang tinggal di sebuah kota.”
Setelah mendengar suara itu, Abu Yazid tersadar dan berpikir sejenak. Apakah mimpinya itu benar-benar merupakan petunjuk dari Allah Swt. ataukah dari setan?
Untuk memastikan jawaban tersebut, ia kemudian memutuskan mencari budak yang dimaksudkan di dalam mimpinya itu. Ia berjalan menyusuri negeri Iran bagian timur, seraya bertanya pada setiap orang yang dia temui, kalau-kalau ada yang mengenal budak dari imam yang dimaksudkan dalam mimpinya itu.
Setelah berjalan kira-kira sejauh delapan ratus kilometer, Abu Yazid akhirnya bertemu dengan orang yang mengenal tentang budak yang dicarinya itu.
Akan tetapi, betapa kagetnya Abu Yazid ketika mendengar penuturan dari orang-orang mengenai budak tersebut.
“Di mana tempat orang itu?” tanya Yazid. “Dia sekarang sedang mabuk-mabukan di tempat ini,” ujar lelaki itu seraya menunjuk ke sebuah tempat.
Abu Yazid menemui orang yang disebutkan itu. Benar. Di tempat itu ia melihat 40 orang laki-laki sedang mabuk-mabukan. Sementara yang dicarinya tampak duduk di antara mereka.
Abu Yazid cepat membalikkan kaki hendak meninggalkan mereka. la merasa kesal dan putus asa. Tetapi seorang memanggilnya.
“Hai Abu Yazid, mengapa engkau tidak masuk rumah ini. Bukankah engkau jauh-jauh datang kemari karena ingin menemuiku? Bukankah kau mencari tetanggamu di surga?” tanya lelaki itu.
Mendengar ucapan orang itu, hati Abu Yazid jadi masygul. Ia tak habis pikir bagaimana orang itu bisa mengetahui maksud kedatangannya, padahal ia belum menyampaikan isi hatinya.
Dengan sedikit ragu, Abu Yazid menurutinya masuk ke rumah dan duduk di antara mereka yang sedang mabuk-mabukkan.
“Hai Abu Yazid, masuk surga jangan cuma ingin enak sendiri. Itu bukan sifat utama seorang lelaki sepertimu. Dulu ada 80 orang fasiq yang suka mabuk-mabukkan seperti yang engkau lihat saat ini. Kemudian aku berusaha mendekati mereka agar bisa menjadi tetanggaku di surga,”
Abu Yazid pun akhirnya menjadi paham. Bahwa budak itu berada di tengah orang yang meminum minuman keras bukanlah sebagai seorang peminum yang memperturutkan hawa nafsunya. Namun, ia berada di situ untuk sebuah misi. Yakni, mengajak orang-orang yang mabuk itu untuk kembali kepada Allah.
Dan hal itu ia lakukan juga semata-mata karena mengharapkan rahmat dan pertolongan Allah. Sementara itu, para pemabuk yang mendengar budak itu menyebut-nyebut nama Abu Yazid menjadi tersadar dari perbuatan mereka.
Nama Abu Yazid yang terkenal sebagai seorang syekh, membuat mereka serentak menyalami Abu Yazid. Pada saat itulah, Allah membuka pintu rahmat-Nya kepada mereka dan membuat mereka menyesali perbuatan fasik mereka dan bertobat kepada-Nya.
Maka selesailah tugas Abu Yazid dalam menyadarkan keempat puluh pemabuk yang tersisa dengan sebab rahmat Allah. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)