Dalam dunia pesantren dipelajari mahfudzat (kata-kata bijak), man jadda wa jada yang berarti: Sesiapa bersungguh-sungguh meraih keinginannya, maka ia akan memperolehnya.
Dalam pengertian lain siapa yang serius pasti sukses. ”Tak akan bisa manusia mencapai tujuan-tujuan hidupnya, apabila tidak ada keseriusan di dalamnya.”
Meski kata-kata bijak ini tumbuh subur di kalangan pesantren, namun sesungguhnya falsafah tersebut berlaku bagi siapa saja. Jika kita serius memperjuangkan sesuatu, termasuk serius dalam mencari nafkah, insya Allah kita akan memperoleh apa yang diharapkan itu.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian, akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (An Najm [53]: 39-41).
Bekerja dengan sungguh-sungguh tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga diperlukan kerja otak, kesiapan mental, dan strategi untuk mencapai tujuan. Tentu saja dengan menggunakan cara-cara yang dibenarkan oleh agama.
Bekerja dengan menjunjung tinggi integritas dan sportivitas. Bukan mengedepankan sifat culas dan beringas. Sebab, semua yang kita kerjakan akan dinilai dan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT.
Firman Allah yang artinya,“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (QS at-Taubah [9]: 105).
Karena itu, tidak ada alasan bagi setiap Muslim untuk bekerja asal-asalan. Tak ada alasan bagi kita untuk bermalasan. Sebab, sesungguhnya Allah SWT menguji kita, siapa di antara kita yang terbaik pekerjaannya.
Sebaliknya, setiap muslim mesti menunjukkan karya terbaiknya dan serius untuk memperoleh apa yang dicita-citakan. Jika kedua hal ini sudah dilakukan, maka hasil terbaik akan diraihnya sebagaimana yang Allah janjikan.
Cendekiawan muslim, Dr Yusuf al-Qaradhawi, dalam kitabnya Ibaadatu fii Islam (Ibadah dalam Islam) menyebutkan, setiap pekerjaan bisa menjadi wahana shalawat dan ladang jihad di jalan Allah jika memenuhi lima syarat.
Pertama, hendaknya pekerjaan itu ada dalam koridor syariat Islam. Kedua, harus disertai dengan niat yang baik. Niat seorang Muslim dalam bekerja adalah menjaga kehormatan dirinya, mencukupi kebutuhan keluarga, memberi manfaat bagi umat, dan memakmurkan bumi sebagaimana yang diperintahkan Allah.
Ketiga, bekerja dengan tekun dan sebaik-baiknya. Keempat, konsisten dalam berpegang pada ketentuan-ketentuan hukum Allah. Tidak berbuat zalim dan khianat. Kelima, pekerjaan itu tidak boleh melalaikannya dari mengingat Allah.
Inilah rahasia, kenapa ada orang yang mempunyai sedikit perbendaharaan harta, tapi tetap bahagia, sebaliknya, ada yang hartanya melimpah, tetap gundah gulana. Sebab kebahagiaan juga tidak diukur dengan kuantitas.
Inilah Islam, selalu memandang dari kualitas; ialah keberkahan, hadiah Allah yang dititipkan kepada para hambanya yang beriman dan rajin bersyukur. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)