Baru-baru ini publik Indonesia dikejutkan dengan sikap pengunduran diri jurnalis senior Metro TV, Najwa Shihab sebagai pembawa acara “Mata Najwa” sekaligus wartawan wartawan di Metro TV.
Sikap itu menyisakan tanya dari publik. Mengapa harus mundur dan apa yang akan dilakukan Najwa Shihab setelah 17 tahun meramba karir bersama Metro TV.
Mundur dari televisi milik Ketua DPP Partai NasDem itu tanpa alasan jelas, memunculkan gosip hangat bahwa wanita yang akrab disapa Nana itu akan menjadi Menteri Sosial di Kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla. Isu itu terus bergelinding tak terkontrol. Karena memang, mungkin saja publik penasaran bahwa wartawan sekaliber Najwa tiba-tiba banting stir menjadi pejabat negara. Terlebih Najwa tidak pernah memberikan klarifikasi langsung pada publik terkait kebenarannya.
Kamis (2/11) Najwa Sihab berkesempatan menghadiri undangan mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) dalam acara Meet n Greet With Najwa Shihab yang dilaksnaakan di auditorium Untad. Presenter kondang yang menjadi icon program “Mata Najwa” itu diundang atas profesinya sebagai Duta Baca Nasional.
Dihadapan ribuan mahasiswa Untad, Najwa memulai dengan mengklarifikasi gosip tersebut. Kata dia, berhenti dari Metro Tv tidak berarti berhenti dari profesi wartawan. Dia mengaku sangat merasa berhutang banyak pada stasiun televisi yang sudah membesarkannya, selama 17 tahun berada di televisi berita pertama ditanah air itu, dirinya merasakan betul menggembleng dan membentuk dirinya menjadi wartawan yang profesional.
“Saya merasa selamanya berutang banyak pada Metro TV, tetapi adik-adik setelah 17 tahun rasanya tidak apa-apa ya kalau kita ingin mencoba rumah yang baru. setelah 17 tahun itu biasanya kalau SMA sudah lulus dan biasanya kalau kalau sudah kuliah maunya merantau, jadi itu yang selalu saya istilahkan pada metro TV yang sudah membesarkan saya,”aku Najwa.
Dia mengakui, sejak berhenti dari Metro TV seiring dengan munculnya isu menjadi menteri jika bertemu orang selalu mendapat pertanyaan kapan menjadi menteri. Padahal menurutnya menjadi menteri itu hanya dua yang tahu, yakni Jokowi dan Allah SWT.
Dikesempatan itu dengan tegas, Najwa menjawab bahwa berprofesi sebagai wartawan jauh lebih seruh dari pada menjadi pejabat pemerintah.
“Apalagi wartawan di Indonesia itu paling menggairahkan, jadi maaf menjadi pejabat negara lebih seruh menjadi wartawan di Indonesia,”tegasnya.
Diceritakannya, gosip menjadi menteri berawal dari profesinya sebagai Duta Baca di Inonesia yang memiliki masa tugas selama lima tahun, oleh Perpustakaan Nasional juga banyak membantu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun lalu.
Diakuinya, dalam proses bertugas kerap kali datang ke Istana Negara untuk berkoordinasi dengan Kemensesnek atau KSP, tapi dalam rangka membicarakan kampanye membaca terkait bagaimana melibatkan banyak sektor untuk kampanye membaca. Apa yang dilakukannya bersama Kemensesnek dan KSP itu untuk menggerakkan potensi bangsa untuk mengajak anak-anak kembali cinta baca.
“Jadi memang sering bolak-balik keistana, tetapi dalam kapasitas sebagai duta baca. Nah mungkin saja kedatangan kesana ditafsirkan berbeda dan dihubung-hubungkan jadilah itu satu berita yang bergulir.
Kata Najwa, dari gosip yang dialaminya itu menjadi satu contoh bagaimana sebenarnya kita harus cerdas menganalisai informasi. Karena dizaman sekarang informasi berjalan sangat cepat. Derasnya informasi yang bisa diakses siapapun kapanpun dimanapun membuat kita yang mengakses informasi merasa luar biasa kritis untuk menilai informasi.
“Kalau dulu susah mendapat informasi sekarang terlalu banyak skill yang kita perlukan berbeda, bagaimana memilih dan memilah informasi, ini informasi betul, ini sampah, ini fitnah, ini dusta, ini bohong, apakah kita sudah melengkapi diri kita. Dengan menilai mana yang fitnah mana yang betul, mana yang bermanfaat mana yang tidak, mana yang negatif tidak usah didekati, itulah tantangan yang kita hadapi sekarang,”tandasnya.
Meet dan Greet Najwa Shihab sukses menarik antusias ribuan mahasiswa. Terbukti dari padatnya pengunjung yang mendatangi Gedung Auditorium Untad guna melihat langsung sosok yang selama ini dikenal dengan keberanian dan kekritisannya dalam menanyakan berbagai persoalan kepada tokoh-tokoh penting negeri ini.
Kegiatan itu dibuka oleh Rektor Universitas Tadulako, Prof. Muhammad Basir walau sedikit mengalami keterlambatan tetap berjalan Meriah dan penuh antusias terutama bagi para penggemar setia Mata Najwa.
Nana panggilan akrab Najwa Shihab menyapa ribuan peserta yang berasal dari berbagai universitas di Palu, hadir dalam acara meet dan greet yang dilaksanakan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Hitam Putih Fakultas Hukum Untad itu.
Dalam kesempatanya Nana menyampaikan kesenangannya karna dapat menginjakkan kaki di Tanah Kaili.
“Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Kota Palu, dan setiba di Palu ini semalam, Saya langsung mengunjungi rumah sahabat Abhi saya, Habib Salim Idrus Bin Salim Al-Jufri, Juga saya menyempatkan ke Makam Guru Tua,” Ungkap Najwa didepan para audiens yang sudah tidak sabar mendengar kata-kata mutiara dari Najwa Shihab.
Kurang lebih 90 Menit Najwa Shihab Bercerita dan berbagi pengalaman kepada para mahasiswa, yang kemudian di ikuti pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa yang masih penasaran atau sekedar mengetahui sisi lain Najwa Shihab.
Setelah selesai Menyapa Para mahasiswa di Universitas Tadulako, Najwa melanjutkan perjalan menyapa Rumah Komunitas Taman Baca Masyarakat (TBM) Nemu Buku di Jalan Tanjung Balantak, Kota Palu.
Tidak kalah seru, di TBM Nemu Buku Najwa shihab bersua dengan berbagai Komunitas mulai dari Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI), Media Literasi Anak Negeri (MLAN), Baju Kertasku, Sikolah Pomore, dan banyak komunitas sosial lainnya. Tidak lupa Najwa Shihab juga memberikan kenang-kenangan berupa Buku “Catatan Najwa” guna menambah koleksi TBM Nemu Buku Palu. (YAMIN)