PARIMO — Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darussholihin Nahdlatul Wathan (NW) Sausu Auma, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, mendukung Satgas Operasi Madago Raya dalam upaya pencegahan penyebaran paham radikal di Sulawesi Tengah.

Pimpinan Pondok Pesantren Darussholihin NW Sausu Auma, melalui pengurus, menegaskan, ponpes ini menolak seluruh bentuk paham radikal yang berpotensi memicu tindakan terorisme dan mengganggu ketertiban masyarakat.

“Kami mendukung penuh pelaksanaan Operasi Madago Raya oleh Kepolisian di tiga kabupaten wilayah Sulawesi Tengah dan siap membantu dalam upaya menjaga stabilitas keamanan di daerah tersebut,” kata pengurus ponpes.

Pondok pesantren tersebut merupakan cabang Nahdlatul Wathan dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Induknya didirikan oleh ulama kharismatik Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid.

Cabang di Sausu Auma mulai berdiri pada 2010 melalui salah satu murid sang ulama, yakni Haji Ahmad Abror, dan telah beroperasi sekitar 15 tahun.

Ponpes Darussholihin NW menyelenggarakan pendidikan berjenjang pada tiga tingkat, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (setara SD), Madrasah Tsanawiyah (SMP), dan Madrasah Aliyah (SMA).

Selain pendidikan umum berdasarkan kurikulum nasional, yayasan ini memiliki sejumlah program unggulan berbasis keislaman seperti bimbingan Tahfiz Al-Qur’an, Tahfiz Hadis Arbain, tilawah, kursus bahasa Arab dan Inggris, hingga pembelajaran kitab kuning.

Tujuan pendidikan meliputi pembentukan karakter disiplin, jujur, santun, peningkatan prestasi, pemahaman tata cara ibadah sesuai syariat, serta kemampuan peserta didik dalam beramal ilmiah.

Pengurus bidang sosial Ponpes Darussholihin NW Sausu Auma, Ivan Setiawan, menjelaskan, jumlah peserta didik pada jalur pendidikan umum mencapai 431 orang, sedangkan santri yang mengikuti program Tahfiz dan tinggal di asrama sekitar 170 orang.

Secara keseluruhan terdapat sekitar 40 tenaga pengajar, dan sekitar 10 di antaranya menetap di lingkungan pondok bersama keluarga. Ia menegaskan bahwa pendidikan yang diberikan tidak hanya fokus pada kurikulum nasional, tetapi juga penguatan ilmu agama, terutama program Tahfiz Al-Qur’an. ***