Tegar Menghadapi Ujian Hidup

oleh -
Ilustrasi. (Youtube Yufid.TV)

Setiap orang pasti mengalami persoalan dalam hidupnya. Rasa berat atau ringan ketika menghadapi, itu tergantung pada cita-cita hidup, persepsi, dan cara kita menyikapi. Memang hidup  ini tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup

Sesungguhnya, ujian hidup merupakan karunia dari Allah SWT. Bukan beban, masalah, apalagi tanda Allah tidak sayang kepada kita. Buang jauh-jauh pikiran atau prasangka seperti itu. Karena hal ini Allah sampaikan dalam firmannya, “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS. ad-Duhaa [93]: 3)

Ujian hidup dalam bentuk kepahitan hidup kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi

Memang kepahitan hidup itu tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.

BACA JUGA :  Penambang Ilegal Poboya Diduga Gunakan Bahan Kimia, Polisi Bungkam?

Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)

Dari ayat di atas, menunjukkab hahwa tidak ada ujian yang membahayakan. Umpamanya  kita gagal bukan karena soal, melainkan karena salah jawabannya. Artinya, yang membahayakan diri kita bukanlah pada persoalan hidup, melainkan karena salah menyikapinya.

BACA JUGA :  Anakmu Investasi Akhiratmu

Ketika menghadapi persoalan yang terasa sangat berat dan menyengsarakan, itu bukan karena beratnya persoalan. Tapi, karena kita belum tahu jawaban yang tepat untuk persoalan tersebut. Sesulit apa pun soal bila tahu jawabannya, niscaya ringan dan menyenangkan. Demikian pula persoalan hidup, bila kita sudah paham menyikapinya, maka ringan dan dinikmati.

Bedanya ujian sekolah dan ujian hidup. Ketika menghadapi ujian sekolah, jika kita selalu meminta tolong kepada guru pengawas, niscaya mendapatkan kemarahan dan kegagalan. Namun dalam menghadapi persoalan hidup, sebaliknya. Bila kita selalu bergantung, mengharapkan pertolongan, dan memasrahkan segala urusannya kepada Allah dengan penuh keyakinan, niscaya disukai-Nya. Hidup kita dibimbing Allah saat menyikapi suatu masalah, sehingga ada solusi terbaik. Yakni dengan ikhtiar yang efektif dan efisien karena dibimbing oleh yang Mahatahu dan Mahabijaksana.

BACA JUGA :  Khutbah Jumat Pertama Rasulullah setelah Hijrah ke Madinah

Bagi yang memiliki cita-cita besar, agung dan mulia niscaya persoalan hidup menjadi lebih ringan, bahkan disyukuri karena menjadi jalan tercapainya cita-cita. Maka, bagi yang bercita-cita menjadi penghuni surga, dan bisa berjumpa dengan Allah SWT sebagai puncak cita-citanya, niscaya semua kepahitan hidup terasa manis. Ini karena kepahitan yang datang terasa sebagai penggugur dosa-dosa dan berlimpahnya pahala.

Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)