Kebangkrutan masyarakat di depan mata bila pembangunan akhlak terabaikan. Karena itu negara saat ini harus hadir membangun akhlaqul karimah dalam hidup dan kehidupan keseharian kita.

Kehidupan dunia ini akan berjalan baik, menghasilkan kebaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat, ketika ditopang oleh lima kelompok (pilar) orang yang memiliki akhlakul karimah.

“Tegaknya urusan dunia itu (karena ditopang) oeh lima pilar utama yaitu: Ilmunya para ulama, adilnya para penguasa, kepemurahannya orang kaya, doanya orang-orang fakir, dan jujurnya para pegawai.” (HR. Ibn Mas’ud).

Pertama, Ilmunya para ulama. Para ulama adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah dan karunia dari Allah SWT berupa pemahaman terhadap ajaran Islam yang sangat mendalam, yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Mereka tempat masyarakat bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya.

Di samping pengetahuannya yang mendalam, para ulama pun harus memberikan contoh dan suri tauladan dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga masyarakat bukan hanya melihat ilmunya, akan tetapi juga melihat dan menyaksikan perilakunya yang sangat indah, yang uswah hasanah.

Para ulama sesungguhnya adalah kelompok orang yang hanya takut kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Fathir [35] ayat 28: “Seungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir [35]: 28).

Ketika para ulama tidak berperan sebagai uswah hasanah bahkan akhlaknya lebih buruk dari masyarakat biasa, maka akan menjadi musibah yang sangat besar bagi masyarakat dan bangsa secara luas.

Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadits riwayat Imam ad-Daelamiy dari Ibn Abbas: “Penyakit yang sangat berbahaya itu ada tiga yaitu: orang yang mengerti agama tetapi dia jahat, penguasa yang dzalim, dan orang suka berijtihad/berfatwa, tetapi tidak memiliki ilmu pengetahuan.” (HR. Ad-Daelamy dari Ibn Abbas).

Pembinaan akhlak hendaknya menjadi perhatian penting di zaman modern ini. Akhlak memiliki nilai tertinggi setelah akidah. Akhlak pula yang menempatkan manusia lebih unggul ketimbang malaikat sekalipun.

Aspek pembinaan akhlak idealnya berpijak pada pola yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW, ”Berakhlaklah berdasarkan akhlak Allah.” (HR Atturmudzi).

Hadits di atas mengisyaratkan betapa umat sangat dianjurkan untuk memantulkan sifat-sifat Allah SWT ke dalam diri. Sifat-sifat Allah SWT tersebut telah disampaikan dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat.

Surat Alhasyr ayat 22 memuat sifat-sifat Allah SWT yang disebut asma’ al-husna. Ayat pertama surat ini mengungkap tiga nilai utama sebagai bagian dari ciri akhlaq al-karimah, atau perangai yang mulia.

Ketiganya, yakni qiyamuhu binafsihi atau kemandirian, ‘aliman atau keilmuan, dan rahmat atau kasih sayang. Sifat kemandirian, sangat tepat diterapkan saat ini.

Kemandirian diperlukan sebagai wujud kemampuan seseorang untuk mandiri tanpa menggantungkan pada orang lain. Sifat ini sekaligus sebagai ilham agar umat punya produktivitas dalam berbagai lapangan kehidupan.

Setiap makhluk di muka bumi ini tak luput dari kasih sayang-Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim dituntut untuk menjadikan kasih sayang sebagai akhlak sehari-hari. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)