TAMPIL di pentas bertaraf Internasional bisa menjadi impian dan kebanggaan tersendiri bagi perorangan atau sebuah grup band. Apalagi di Jakarta Internasional Java Jazz Festival (JJF), yang merupakan festival musik jazz terbesar sejak digelar 2005 oleh pencetusnya Peter F.Gontha.
Kini 17 tahun usia festival bertaraf Internasional tersebut, banyak nama telah diundang. Satu di antaranya band dari Kota Palu Culture Project akan turut memeriahkan dan tampil di Gazebo Stage JIExpo , Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Jum’at, 27 Mei 2022 mendatang.
Grup bergenre folk progressive berformasikan Zhul Usman (vokal), Umariyadi Tangklisan (gitar dan vokal), Ayub Lapangandong (bass dan vokal), Cliff Mokosandi (drum) dan Riyan Fauzi Azhari (gitar, synthesizer, vokal) akan tampil sekitar 1 jam, dengan membawakan sekitar 8-10 lagu karya mereka dengan single andalan “Matahari”.
Bagi Zhul sang vokalis tampil di JJF merupakan momentum baik untuk dimanfaatkan, sebab kesempatan bisa menjadi bagian dari pegelaran musik bertaraf dunia itu bukanlah hal mudah.
“Peristiwa itu yang ingin kami tidak sia-siakan,” kata Zhul di sela-sela pertunjukan Culture Project di Cafe Raego, Jalan Ki Maja Lorong Bakso, Kota Palu, Ahad (22/5) malam.
Setali tiga uang disampaikan Umariyadi Tangklisan atau akrab dipanggil Adi, tampil di JJF kesempatan untuk naik lebih tinggi. Bisa memanfaatkan musik yang mereka mainkan untuk menyampaikan suara-suara siapa saja.
“Sebab sebagai penghibur, sudah banyak penghibur tanpa Culture Project dunia sudah terhibur,” ucapnya.
Hal terpenting menurutnya, selain membawa nama musik, mereka bisa juga mengajak teman-teman belajar bersama-sama, pulang membawa cerita soal perlunya kerja-kerja tim.
“Jadi perlu banyak belajar selain musikal, perbesar jaringan bekerja dengan banyak orang,” pungkasnya.
Manager Culture Project Hilwa Humayra mengatakan, mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk manggung di festival itu tak lain dan tak bukan karena usaha mereka yang dibarengi dengan jaringan dimiliki.
“Java Jazz sendiri sudah menutup submission untuk band yang ingin tampil, tetapi melihat peluang besar juga optimis melalui energi dari teman-teman internal kami mencoba untuk mengirimkan profil melalui Budi Ace yang punya jaringan langsung ke panitia. Negosiasi diberikan kami akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menjadi salahsatu penampil di JJF ,” tutur Hilwa.
Ia mengatakan, selain tampil di Java Jazz, mereka juga berencana akan menggelar tour di Jakarta. Namun untuk titik lokasinya, belum ada konfirmasi. Menurutnya lagi, ini juga salah satu bentuk berjejaring yang patut untuk dicontoh.
“Jangan cepat puas bila diundang untuk tampil di suatu acara. Lebih dari itu cobalah untuk membuka peluang penampilan lain,” ujarnya.
Sama seperti band pada umumnya persiapan demi kesiapan pun sudah dilakukan oleh mereka. Salah dua yang penting adalah mental dan fisik.
“Selain fisik juga mental Culture Project telah mempersiapkan karyanya dengan garapan musik diolah menggunakan spirit tradisi etnis Kaili dengan sentuhan musik lebih populer. Dengan mengusung genre folk progresif kami ingin musik tidak lagi membatasi musik sebagai peristiwa bunyi-bunyian yang sekadar memberikan hiburan, tetapi hadir sebagai medium reflektif, edukatif, pembawa berita sekaligus pernyataan sikap atas pencapaian emosi pikiran juga spiritual yang berangkat dari kota Palu khususnya,” bebernya.
“Kami juga memiliki harapan besar di JJF dapat membawa Culture Project sebagai salah satu band yang membawa kearifan tradisi lokal dengan kemasan lebih populer dan mendapatkan relasi juga jaringan lebih luas untuk dibawa kembali ke kota Palu dan disebarkan ke band-band lain agar kedepannya tidak hanya kultur Project tetapi band Palu lainnya bisa mendapatkan kesempatan untuk tampil di Java Jazz,” tutup Hilwa.
Reporter: IKRAM/Editor: NANANG