TAIGANJA, adalah ornamen liontin yang menjadi lambang utama Kabupaten Sigi.  Namun 15 tahun kabupaten Sigi telah berdiri, sebutan Taiganja masih jarang terdengar.

Belakangan Taiganja makin menggema di Sigi ketika ornamen tersebut dijadikan sebagai nama taman wisata. Tempatnya di bantaran sungai Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.  Dan, pada Selasa 22 Maret 2023 kemarin, Bupati Sigi Mohammad Irwan meresmikannya.

Dalam sambutannya di acara itu, Irwan menerangkan bahwa nama Taiganja, dijadikan sebagai nama taman di ruang terbuka hijau (RTH) itu sudah melalui pertimbangan matang. Disayembarakan, dibicarakan melalui berbagai ahli, bahkan dipikirkan dalam sisi pemasarannya (brand name).

Pada dasarnya, menurut dia, lambang Taiganjaja sebelumnya sudah banyak digunakan oleh masyarakat Suku Bugis.

Taman Taiganja

“Saya jadi iri juga kenapa mereka yang melambangkan ini. Tapi tidak apa-apa,” menurutnya.

Dia menjelaskan lagi, Prof. Dr. Matulada (sejarawan, antropolog, budayawan dan sastrawan) membuat desain dan gambar warna  Taiganja dengan mencari berbagai referensi sejarah.  Matulada sebagai rektor pertama Universitas Tadulako itu juga adalah penggagas nama Tadulako.

Secara Nasional juga lambang Taiganja sudah digunakan dalam Musyawarah Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), November 2022, di Palu lalu. 

Namun demikian Irwan tidak menampik ada konotasi negatif dari masyarakat, karena di dalamnya ada dua kosakata yang bila dipisahkan, menjadi Tahi dan Ganja.

“Namun itu satu, tidak dipenggal!” ujarnya.

Akan tetapi secara maknawi, kata itu terpisah. Dalam bahasa Kaili Tai adalah perut juga rahim.  Di dalam rahim terdapat kasih sayang di mana di sana terlahirlah manusia. Sedangkan ganja artinya bentuk rupa. Jadi, Taiganja adalaah bentuk rupa dari rahim.

“Hanya saja mungkin ada yang belum tahu. Untuk penamaan saya sudah berkomunikasi dengan Pak imam beberapa saat kemarin,  dan tokoh adat,”imbuhnya.

Secara branding, juga dengan ditempatkannya Taiganja di Kalukubula, akan membuat nama desa Kalukubula juga semakin dikenal. Menurutnya ketika disebut Taiganja maka orang tahu letaknya di Kalukubula. Taiganja pun akan menyertai nama Kalukubula.

Mengulik Pesonan Taman Taiganja

Taman Taiganja mebentang memanjang dari Selatan ke Utara, di bantaran sungai Palu di Desa Kalukubula. Bila mengambil jarak dari pusat Kota Palu, maka jaraknya  6,5 KM, atau bila di perbatasan Palu dan Sigi jaraknya sekira 1,5 KM saja.

Taman Taiganja. (Foto: MAL/Nanang)

Bila mengikuti peta GoogleMaps, letak RTH itu dari arah Kota Palu melewati Jalan Guru Tua, berbelok kanan masuk ke Jalan Kelor (Jl. Puaimantua, red). Hanya sekira 200 meter, maka sudah akan melihat plang besa bertuliskan “Taiganja” berwarna orange. Dan langsung tampak pula, Tugu Taiganja setinggi lebih kurang 4 atau 5 meter.

Memasuki tamannya yang sedikit berundak, disambut beberapa setapak, dan dudukan beton yang juga berfungsi sebagai pot besar. Selain itu taman ini dikelilingi jogging track.

Di spot utama terdapat Tugu Taiganja yang kokoh terbuat dari kuningan tebal, di atas panggung setengah lingkaran. Di bawah panggung di buat lebih lapang, sekira 7 atau 8 meter dan dikelilingi dudukan semacam coliseum, tempat bagi pengunjung menyaksikan penampilan di atas panggung tersebut. 

Taman-tamannya juga ditanami berbagai tanaman, Mulai dari rumput gaja mini, pohon palem, pohon ketapang kencana, kamboja, amarilis serta bunga lainnya.

Sementara itu di tengah taman terdapat spot lapak kuliner yang berhalaman luas serta berkanopi. Sehingga pengunjung bisa menikmati kuliner di tempat tersebut, tanpa takut kehujanan atau kepanasan.

Lebih ke utara terdapat beberapa spot bermain yang sangat lapang. Bila lebih ke sisi paling ujung terdapat pula sarana bermain seperti perosotan dan ayunan.

Selain itu juga beberapa fasilitas lain seperti toilet. Di luar toiletnya terdapat lorong pada selasar dengan lima tiang membentuk persegi berwarna orange.

Sementara itu rencananya, pada Taman wisata tersebut, Pemerintah Daerah akan menambahkan beberapa spot lagi. Irwan merencanakan juga akan membuat kolam air mancur. Kemudian, akan dibangun pula Masjid Terapung berbentuk sambulugana. Kemudian, lagi di sebelah selatan dibangun lagi Gedung Budaya Taiganja, arena balap karapan sapi, sport futsal, sketboard dan lainnya.

Taman Taiganja (Foto: MAL/Nanang)

“Di ujung sana gedung budaya Taiganja dipakai untuk pesta atau pertunjukan seni, dan tempat karapan sapi,” imbuhnya.

Selain itu lagi untuk mengisi kemeriahan dia meminta pengelola menggandeng Dewan Kesenian Sigi untuk membuat pertunjukan seni rutin pada malam minggu. Menurutnya entah itu sebulan atau dua bulan sekali, bahkan bisa jadi seminggu sekali.

Rencananya lagi akan menambah lapak di tempat tersebut. Selain untuk meramaikan tentu untuk menumbuhkan ekonomi UMKM di Sigi.

RTH Selanjutnya Setelah Taiganja

Setelah puas dengan RTH Taiganja, Bupati yang akan mengakhiri jabatannya tahun depan ini, berencana akan membuat RTH di desa lain.

RTH selanjutnya akan dibangun di Lolu. Selain terdapat jogging track juga akan ada Museum Mini. Dai mengistilahkannya sebagai Taman Relief Lliquefaksi.

Dia mengatakan, pada taman itu akan ada relief di diding-dinding yang menceritakan tentang kejadian 28 September (Gempa dan Luqiefaksi) dan proses pemulihan bencana oleh pemerintah. Sehingga dengan itu akan menjadi cerita serta pesan kepada warga akan musibah sekaligus mendapatkan pengetahuan akan peran pemerintah.

Lapak kuliner di Taman Taiganja

Adapun desain taman tersebut saat ini sedang dalam penyelesaian.

“PU (Kadis PU), puasa lewat dua hari kita ketemu lagi, untuk mengeroksi gambar-gambar yang ada,” katanya.

Kemudian, RTH di Desa Binangga Marawola. Di sini akan menjadi tempat wisata kuliner. Dan RTH keempat, di Kabobona Kecamatan Dolo.

Awalnya, rencana RTH di Dolo merupakan bagian dari rangkaian Pembangunan Taiganja, di Kalukubula. Hanya saja agar tempat wisata tidak menumpuk di Kalukubula maka dibangunlah RTH ini di Dolo.

“Kita alihkan di Dolo, mudah-mudahan Pemdesnya mau,” imbuhnya.

Rencanya pada RTH di Dolo nanti akan dibangun di Rano Bungi. Di sana akan dibangun kolam renang beserta wahana waterboom.

Namun dari semua itu tetap akan dibangun lapak-lapak kuliner atau UMKM.

“Yang pasti saya ingin Sigi menjadi magnet kedua setelah Palu,” tandasnya. (NANANG)