PALU – Kelompok Taliban berhasil menduduki ibu Kota Afganistan, Kabul pada Ahad,(15/08). Penaklukan kelompok itu menandakan kembalinya kekuasaan Taliban sejak 20 tahun terakhir digulingkan AS.

Pengamat dan peneliti terosisme Sulteng, Dr. Lukman S. Thahir menilai, kembalinya Taliban menguasai Negara itu, memberi pengaruh besar. Terutama bagi kelompok-kelompok mujahidin di Indonesia yang berbasis pada Jemaah Islamiyah (JI) merupakan sel-sel jaringan dari Alqaeda.

“Pengaruhnya sangat besar, terutama kelompok-kelompok terorisme di Indonesia, yang berbasis pada Jemaah Islamiyah, ” kata Dr. Lukman S. Thahir, di Palu. Sabtu, (21/08) sore.

Lukman menerangkan, bahwa para mantan pengikut kelompok JI, sebenarnya sudah sadar. Diakuinnya saat menjalin hubungan dengan beberapa mantan kelompok JI di tanah air. Namun tiba-tiba dengan kemenangan Taliban itu, seperti mendapat suntikan “darah baru”.

“Kesan awal saya ketika kemenangan Taliban ini, pasti memberi efek di Indonesia. Karena narasinya yang tadinya tidak muncul, tiba tiba Taliban memenangkan perjuangan yang tertunda itu, ” ungkapnya.

Ketua NU Sulteng ini memandang ada kesan seperti itu terbangun. Kemungkinan kemenangan ini juga membangkitkan memori mereka. Ada semangat baru di kalangan mereka, sebagai respon memorial. Taliban kata dia, adalah kelompok religius dan politik ultra konservatif, yang berkembang di Afganistan pertengahan tahun 90-an.

Dan awal tahun 1990-an Taliban muncul sebagai pemain penting, dengan sokongan dana dari Arab Saudi. Mereka kaum terpelajar membentuk kekuatan dan berhasil menguasai kota Kandahar kala itu. Dalam catatan, saat Taliban berhasil melengserkan presiden ketiga hanya ada tiga Negara yang mengakuinya. Yakni, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Pakistan.

Saat ditanya soal sikap NU, ia menjelaskan, pemerintah tidak mesti tergesa-gesa untuk memberikan pengakuan terhadap Taliban. Karena kata dia, harus diingat sejarah terus berulang ketika Taliban menguasai dan melakukan kudeta. Hanya ada tiga Negara yang memberikan pengakuan.

“Ini membuat kita untuk tidak terlalu terburu-buru memberikan pengakuan. Kita harus terus mempelajari terhadap perkembangan yang ada di sana, ” imbuhnya.

Mantan Sekjen PB Alkhairaat ini juga menekankan, pendudukan Taliban atas Afganitan pengaruhnya sangat kecil bagi Indonesia. Karena menurut dia, bangsa ini memiliki Pancasila sebagai basis artikulasi dasar dari seluruh warga Negara yang ada.

“Jadi konteks sosialnya religius itu sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Afganistan. Sehingga kita tidak perlu khawatir terlalu berlebihan. Tidak memberi pengaruh yang sangat besar,” katanya.

Ia juga mengatakan, kejadian ini memberikan pembelajaran bagi kita, jangan sampai pemimpin dalam mengelola Negara tidak amanah. Kalau pemimpin ini bisa membangun Negara mewakili perasaan kemanusian maka akan bertahan lama.

“Bagaimana mengawal bangsa ini agar tidak memperbesar konfilik antar sesama warga Negara ini. Kapan hal itu tidak bisa diminimalisir nantinya akan mengakibatkan intervensi Negara luar” pungkasnya.

Reporter : Nanang IP
Editor : Yamin