Tali Rumpon Buatan IKM Pantoloan Laku Terjual

oleh -
Kepala Disperindag Kota Palu, Syamsul Saifudin bersama dengan anggota kelompok “Mitra Tujuh Bahari” Kelurahan Pantoloan yang memproduksi tali rumpon ikan. (FOTO: MAL/HAMID)

PALU – Untuk pertama kalinya, tali rumpon Ikan produksi dari Industri Kecil Menengah (IKM) Kelurahan Pantoloan, laku terjual. Pada Senin (07/01) malam, sebanyak 100 bal tali itu laku dibeli masyarakat Desa Silanga, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong.

Tali tumpon ikan itu menjadi salah satu tematik usaha yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu melalui kelompok “Mitra Tujuh Bahari” Kelurahan Pantoloan.

Berdirinya kelompok tersebut merupakan hasil pelatihan di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat selama tiga bulan, pada tahun 2018 lalu, dan langsung mendapat pendampingan dari Pemkot. Sebanyak 3 tenaga ahli yang dikirim pada pelatihan tersebut, dibantu lima orang lainnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Palu, Syamsul Saifudin, mengatakan, sejauh ini, IKM “Mitra Tujuh Bahari” sudah menghasilkan 230 bal tali rumpon ikan, dari 6 ton bahan baku yang disiapkan.

BACA JUGA :  Pasangan BERANI Tawarkan Sekolah Berstandar Internasional Setara SMA

“Tali ini dijual dengan harga Rp260 ribu setiap bal-nya. Ada potongan harga apabila pembelian di atas 50 bal,” katanya.

Pihaknya meyakini, tematik usaha itu akan memicu dan memiliki prospek yang bagus ke depan.

“Pasalnya produksi tali rumpon di Pantoloan ini merupakan satu-satunya di Sulawesi Tengah. Kualitas yang dihasilkan juga tidak kalah dengan produksi daerah lain,” katanya.

Syamsul menambahkan, ke depan pihaknya akan menambah 4 orang lagi untuk memproduksi tali rumpon ikan tersebut.

BACA JUGA :  Indosat Gandeng Untad Bentengi Pesisir melalui Digitalisasi Konservasi Mangrove

“Sehingga ketika  kelompok “Mitra Tujuh Bahari” ini sudah mampu mengelola sendiri tematik usaha ini, selanjutnya akan dikoordinasikan dengan pihak bank untuk diberikan tambahan modal dan pendampingan selanjutnya,” pungkasnya. (HAMID)

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.