PALU – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) melalui Bidang Budidaya dan Pengolahan, Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) memperioritaskan program budidaya dengan teknologi bioflok, dan demplot terknologi Recirculating Aquaculture System (RAS) di tahun ini..
“Itu yang sementara kita kembangkan demplotnya, kalau bioflok ini sudah masuk ke beberapa masyarakat, termasuk telah melakukan pelatihan. Tahun ini kita siapkan delapan paket, yang dapat itu kepolisian dan TNI, dan masyarakat,” ujar Kepala Bidang Budidaya dan P2HP DKP Provinsi Sulteng, Muhammad Syafar, di Ruang kerjanya, Jum’at (21/05).
Dirincikan Syafar, dari delapan paket itu, tiga di TNI yang terbagi di Koramil Marawola, Dolo dan Palu Timur. Satu paket di kepolisian dan empat paket ke masyarakat yang telah memohon sebelumnya.
Dikatakannya, paket tersebut diantaranya terdapat kolam diameter 2 dan diameter 4. Tetapi menurut dia, rata-rata paket itu menggunakan diameter 2, kecuali di Pol Air diberikan diameter 4. Sementara masyarakat kemungkinan menggunakan diameter 2, karena disesuaikan dengan lokasi yang terbatas. Namun, bagi yang diameter 2 diberikan 8 kolam, sementara yang diameter 4 biasanya enam kolam.
“TNI 3 paket, koramil marawola, Dolo dan Palu timur. Rencana satu itu di Korem, cuman kami belum lihat lokasinya. Tapi memang kami porsikan untuk TNI tiga tempat itu. Kalau Korem nanti jadi, berarti Palu timut tidak. Dan kepolisian itu satu paket, tapi sebenarnya satu paket itu sama Bidang Pengawasan, cuman pendampingannya dari kami di Budidaya,” terangnya.
Terkait dengan dua teknologi budidaya itu, dijelaskan Syafar, teknologi Bioflok adalah suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme, yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok.
“Teknik ini populer di kalangan peternak lele dan nilai karena mampu menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi. Selain itu, metode bioflok juga menekan penggunaan lahan menjadi tidak terlalu luas dan hemat air. Oleh sebab itu, bioflok menjadi solusi efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menjadi cara ekonomis bagi para pebisnis bidang perikanan,” jelasnya.
Sementara tegnologi RAS menerapkan sistem budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinan pemanfaatan air secara terus menerus (resirkulasi air). Pemananfaatan tersebut seperti fisika filter, biologi filter, ultra violet, generator oksigen yang berfungsi untuk mengotrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan. Teknologi itu mengurangi jumlah penggunaan air dan meningkatkan tingkat kehidupan ikan.
“Kita berharap, teknologi ini bisa menggenjot produksi benih berkualitas secara signifikan,” tandasnya. (YAMIN)