PALU – Selama tahun 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat inflasi tahunan Kota Palu, sejak Januari hingga Desember 2017, sebesar 4,33 persen.
Angka itu lebih besar jika dibandingkan inflasi tahun 2016 sebesar 1,49 persen dan tahun 2015 sebesar 4,17 persen.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, Moh. Wahyu Yulianto, kepada sejumlah wartawan di Palu, Selasa (2/1) menjelaskan inflasi tertinggi selama tahun 2017 terjadi pada Bulan Desember sebesar 1,87 persen dan terendah pada bulan Juli dan Agustus sebesar 0,05 persen.
Di tahun 2017, Kota Palu juga mengalami tiga kali deflasi pada bulan September, Oktober dan November.
“Kita sudah peringatkan bahwa Desember dan Januari, merupakan waktu yang perlu perhatian khusus dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), sehingga diperlukan strategi-strategi tertentu untuk mengendalikannya,” ungkap Wahyu.
Untuk total inflasi tahun 2017 di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua), Kota Palu berada di peringkat kelima, setelah Tual, Watampone, Bulukumba dan Makassar.
Rincian inflasi Kota Palu sejak Januari sebesar 1,32 persen, Februari sebesar 0,29 persen, Maret sebesar 0,25 persen, April sebesar 0,46 persen, Mei sebesar 0,81 persen, Juni sebesar 0,76 persen, Juli sebesar 0,05 persen, Agustus sebesar 0,05 persen, September minus 0,13 persen, Oktober sebesar minus 1,31 persen, November sebesar minus 0,14 persen dan Desember sebesar 1,87 persen.
Sementara itu, Kepala BPS Sulteng, Faizal Anwar mengatakan inflasi Kota Palu tahun 2017, masih lebih tinggi dari inflasi secara nasional sebesar 3,61 persen. Namun kata dia, kejadian itu tidak hanya terjadi saat ini, tetapi tahun 2014 dan 2015, juga berada di angka inflasi nasional.
“Ini adalah data yang kami kumpulkan di lapangan, sehingga tidak ada tendensi apa-apa,” tutup Faizal Anwar. (FAUZI)