PALU – Sejumlah merek obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata, hingga Jumat, masih mengalami kekosongan. Dampaknya, sejumlah pasien harus membeli obat di apotik luar rumah sakit.
Salah seorang pasien dengan diagnosa darah tinggi dan penyempitan pembuluh darah, mengeluhkan kondisi itu. Yang bersangkutan merupakan pasien BPJS mandiri, rujukan dari RS Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong.
“Sudah hampir satu minggu saya di Undata ini, ada resep dari dokter, diambil di apotik tidak ada, terpaksa dibeli diluar,” ungkap Jufri, nama pasien tersebut.
Istri Jufri mengeluhkan, dirinya dan suami, tidak memiliki keluarga di Palu, sehingga dirinya hanya meminta kejelasan, apakah penyakit sang suami, bisa ditangani oleh pihak rumah sakit atau tidak.
“Satu minggu lalu, obat ayah saya juga tidak ada, padahal itu resep dokter, yang sudah dua hari diberikan, nanti pihak keluarga marah-marah, baru obatnya ada,” ungkap keluarga pasien lainnya.
Salah seorang suster jaga ruangan mengatakan bahwa tidak adanya obat bukan kesalahan mereka, tetapi resep obat dari dokter praktik, ketika diminta di apotek, obatnya tidak tersedia.
“Kami dijanjikan untuk diantarkan obatnya, tetapi tidak pernah ada, bahkan kami meminta untuk copy resep, yang bisa diberikan kepada pasien, sebagai alternatif, kalau pasiennya ingin beli diluar, tidak menjadi masalah, jika memiliki uang lebih,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang staf pegawai apotik rawat inap RS Undata yang dikonfirmasi wartawan mengakui bahwa memang banyak jenis obat kosong dari bagian pengadaan.
“Obat diambil dari instalasi obat, silahkan berhubungan dengan kepala instalasi, Yunus Tading untuk informasi lebih lanjut,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun, jenis obat yang dibeli pasien Jufri yakni Gratizin dengan harga Rp70 ribu per strip. Obat itu mengandung Flunarizine yang merupakan obat untuk mencegah serangan migren, gangguan organ keseimbangan di telinga, dan gangguan pembuluh darah di seluruh tubuh yang bisa menyebabkan munculnya gejala seperti gangguan konsentrasi, vertigo, pusing akut dan gangguan waktu tidur.
Wakil Direktur Bidang Keuangan Rumah Sakit Undata Palu, Bambang Swandi mengakui bahwa kosongnya sebagian jenis obat-obatan tertentu, akibat adanya tagihan yang belum terbayarkan.
“Ada sebagian obat masih ditunda, karena belum terbayar, kegiatan ini masih dalam proses, baik keuangan, maupun proses klaimnya,” kata Bambang dihubungi Sabtu.
Namun kata dia, manajemen rumah sakit sudah melakukan pemesanan kepada Perusahaan Besar Farmasi (PBF) sebagai penyedia obat dan distributor.
“Masih ada klaim belum masuk ke BPJS Kesehatan,” ungkapnya.
Bambang juga memastikan dalam waktu dekat, obat-obatan itu sudah tersedia.
Sementara itu, terkait dengan resep dokter yang diberikan ke pasien sehingga pasien membeli sendiri di luar rumah sakit, Bambang menegaskan hal itu tidak dibenarkan.
“Mungkin karena stok obat kosong, dan mereka sudah ingin menggunakan, sehingga terpaksa mereka membeli di luar,” ujar Bambang. (FAUZI)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.