PALU – Lembaga Centre For Indonesia Strategic Actions (CISA) merilis survei terkait elektabilita calon presiden (Capres) 2024. Hasilnya, Ganjar Pranowo berada di tingkat teratas, disusul Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan.

Tren politik terkini terkait elektabilitas tokoh maupun parpol menuju Pemilu tahun 2024 terproyeksikan Jika Pilpres dan Pileg dilakukan hari ini.

“Terdapat 16,92 persen responden memilih Ganjar Pranowo membuatnya unggul dari semua kandidat setelah pada periode survei CISA sebelumnya didominasi oleh Anies Baswedan harus puas berada di posisi ketiga dan mendapatkan 16,75 persen. Sedangkan di posisi kedua masih dipegang oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terus menunjukkan konsistensi kenaikan elektabilitasnya dengan meraup 16,83 persen,” ujar Herry kepada sejumlah Media, Sabtu (4/9). 

Ada sembilan tokoh dalam bursa capres yang dipaparkan dalam survei ini. Hasilnya Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anies Baswedan berada pada di tiga posisi teratas.

Menariknya, Airlangga Hartarto justru menunjukkan peningkatan signifikan terhadap elektabilitasnya sedangkan Prabowo Subianto mengalami penurunan. 

“Prabowo Subianto justru menunjukkan penurunan elektabilitas dari Mei 2021 dan hanya mendapatkan 10,08 persen. Sedangkan Airlangga Hartarto justru menunjukkan peningkatan signifikan dan meraih 7,58 persen disusul Ridwan Kamil 5,92 persen, Sandiaga Uno 5,08 persen, Muhaimin Iskandar 5 persen, Puan Maharani 3,67 persen serta yang Tidak Tahu/Tidak Menjawab sebanyak 12,17 persen,” terang Herry.

Disisi lain, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga saat ini mendominasi peta elektoral parpol di Indonesia.

“PDI-Perjuangan justru menunjukkan kenaikan elektabilitas sejak survei sebelumnya dan mendapatkan 24,58 persen. Kenaikan elektabilitas juga membuat Partai Demokrat konsisten di peringkat kedua dan meraih 18,75 persen. Hal sama juga menguatkan kembali Partai Golkar di posisi ketiga meraup 14,25 persen serta Partai Kebangkitan Bangsa yang mendapatkan 10,67 persen,” jelas Herry.

Herry juga menyampaikan bahwa Survei yang melakukan wawancara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan antara surveyor dan responden kembali menempatkan Gerindra dan Nasdem tidak berada di posisi 5 (lima) besar serta adanya penguatan elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera yang membuat PAN dan PPP tetap berada di posisi terakhir.

“Gerindra mengalami penurunan dan mendapatkan 7,25 persen sedangkan PKS kembali konsisten menguat di angka 9,33 persen serta Nasdem harus puas karena hanya mendapatkan 5,33 persen. Di posisi terakhir, ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapat 3,75 persen dan Partai Persatuan Pembanguan (PPP) sebesar 2,92 persen.  Namun masih terdapat 3,17 persen masyarakat yang Tidak Tahu/Tidak Menjawab,” pungkasnya.

Menanggapi kenaikan hasil kepercayaan ini, Partai Demokrat bersyukur. Demokrat menyebut elektabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono meningkat berbanding lurus dengan kenaikan elektabilitas partai. AHY berada di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 16,83 persen, sementara Demokrat di urutan kedua dengan elektabilitas 18,75 persen pada survei CISA.

“Kami juga mensyukuri dari hasil tersebut terpotret trend kenaikan yang signifikan pada elektabilitas Mas Ketum AHY yang berbanding lurus dengan kenaikan elektabilitas Partai Demokrat,” ujar Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani, Sabtu (4/9).

Menurut Kamhar, kenaikan elektabilitas ini menegaskan kepemimpinan AHY dinilai tepat. Selain itu ini juga menaikan kepercayaan diri partai Demokrat dan kader, bahwa menjadi oposisi merupakan jalan yang tepat.

“Masuknya Partai Demokrat dan Mas Ketum AHY pada 3 besar dari hasil survei tersebut tentu semakin menambah percaya diri dan optimisme Partai Demokrat dan segenap kader bahwa pilihan berkoalisi dengan rakyat dalam bentuk wujud menjadi oposisi sudah tepat,” ujarnya.

Demokrat, menurutnya, memperjuangkan aspirasi yang mewakili suara rakyat. Seperti penolakan terhadap amandemen UUD 1945 untuk menambah masa jabatan presiden dan DPR sampai 2027.

“Ini tegas dan jelas sebesar 66,5% rakyat menolak wacana presiden 3 periode, hanya 30,92% yang menerima. Sementara untuk penambahan masa jabatan hingga 2027 penolakan rakyat lebih besar lagi mencapai 68,5%, hanya 28% yang menerima,” kata Kamhar.

Selain itu, kenaikan elektabilitas Demokrat dan AHY diyakini karena faktor kekuatan internal merespon dinamika eksternal dan efektifitas kepemimpinan AHY.

Reporter: IKRAM
Edtor: NANANG