PARIGI – Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi, Provinsi Sulawesi Tengah menargetkan tahun 2018 untuk menerima sebanyak 105 kepala keluarga (KK) yang akan ditempatkan di lima kabupaten se Sulteng.
Kepala Disnakertrans Sulteng, Abd Razak merincikan penempanan para transmigran itu diantaranya di Kabupaten Tojo Una-una sebanyak 40 KK, Kabupaten Bangai Laut, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 25 KK, serta di Kabupaten Toli-toli.
“Transmigran itu berasal dari Provinsi Jawa Barat, serta wilayah Sukabumi, Cirebon dan Depok,” kata Razak.
Kata Razak, masih tersisa 40 KK belum ditempatkan, karena fasilitas berupa bangunan tempat tinggal belum disiapkan di Kabupaten Tojo Una-una.
Penempatan transmigran itu, akan dilakukan pembinaan selama lima tahun kedepan, yang kemudian mendapatkan jaminan hidup (Jadup) selama satu tahun, seterusnya mereka dapat mengelola lahan pekarangan.
“Khusus di Moeyan, mereka difokuskan pada nelayan, seperti pada penempatan tahun lalu ada sebanyak 50 KK yang dibantu dari Dinas Kelautan kabupaten Parimo dalam bentuk perahu,” kata Razak, usai pelaksanaan kegiatan Bulan Bhakti Transmigrasi ke 68, di Desa Palapi, Dusun Moeyan, Rabu (12/12).
Penempatan transmigrasi di Sulteng menggunakan pola nelayan ada di Kabupaten Parigi Moutong dan Banggai Laut, sementara dua kabupaten dengan pola lahan kering yakni Kabupaten Morowali dan Tolitoli.
Razak mengakui, dalam pemenuhan fasilitas bagi perumahan transmigrasi, masih terkendala tidak adanya penerangan. Namun ia berupaya untuk mempercepat pemenuhan listrik, dengan sementara waktu menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.
Sementara itu Gubernur Sulteng yang diwakili Wakil Bupati Parigi Moutong, Badrun Nggai saat membacakan sambutan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) mengatakan tanggal 12 Desember merupakan hari bersejarah bagi para transmigran di Indonesia.
Menurutnya, momentum hari bakti ini ditentukan sejak tanggal 12 Desember 1950, ketika sejumlah 77 transmigran diberangkatkan dari jawa pada tahun 1905. Menuju Gedong Tataan, Lampung, yang kemudian berhasil membentuk desa-desa dengan nomenklatur jawa yaitu, Desa Bagelen, Gading Rejo Purworejo, dan Wonodadi.
“Hari ini sudah 68 tahun proses penyelenggaraan program transmigrasi, mewarnai kehidupan Bangsa Indonesia,” ujarnya.
Dia mengatakan, program kolinisasi dipandang relatif berhasil, olehnya pemerintah pascakemerdekaan meneruskan program tersebut, namun karena istilah kolonisasi berciri pejoratif atau merendahkan, maka istilah tersebut kata dia, kemudian diganti dengan istilah transmigrasi.
“Program transmigrasi mewarnai kehidupan Bangsa Indonesia, ada suka dan duka, ada sisi posistif dan adapula sisi negatifnya,” jelasnya.
Terlepas dari semua itu, transmigrasi kata dia, telah berhasil membangun 3.608 satuan permukiman transmigrasi yang berada di kawasan transmigrasi.
Menurutnya, kontribusi transmigrasi dalam pertumbuhan ekonomi di indonesia yaitu, dengan mewujudkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
“Kepada seluruh transmigran dari daerah asal, saya ucapkan selamat datang di Sulawsi Tengah dan khususnya yang di tempatkan di UPT Moian,” kata Wabup.
Dikesempatan yang sama Badrun Nggai juga berpesan, kepada seluruh transmigran agar bersungguh-sungguh untuk bekerja keras, menuju sejahtera, karena sudah menjadi bagian masyarakat Sulawesi Tengah. (MAWAN)