PALU – Gubernur Sulteng Rusdy Mastura telah melaksanakan Pencanangan Sulawesi Tengah sebagai “Negeri Seribu Megalit”. Pencanangan ini telah dilaksanakan di Kawasan Situs Palindo, Sepe, Desa Kolori, Kecamatan Lore Barat, Lembah Bada, Kabupaten Poso, Selasa (10/10).
Rusdy Mastura mengatakan, dirinya sangat bergembira karena apa yang menjadi mimpinya dapat terwujud di hari ini. Menurutnya, ini sebagai momentum besar untuk Sulteng mendeklarasikan keberadaan megalit ke panggung dunia.
“Sejak saya menjabat Wali Kota Palu, hal ini sudah terpikirkan, namun belum dapat terlaksana karena keterbatasan kewenangan. Kini, selaku gubernur momentum ini saya gunakan untuk mengantar megalit ini ke panggung dunia, agar dapat ditetapkan sebagai Cagar Budaya Warisan Dunia oleh UNESCO,” ujar Rusdy.
Cudi sapaan akrabnya, mengatakan pasca pencanangan ini, agar segera direncanakan pembangunan jalan yang menghubungkan tiga lembah di Kawasan Tampo Lore. Agar hubungan kekerabatan antar masyarakat di Tiga Kawasan Lembah ini dapat terhubung.
Demikian juga dengan sektor kepariwisataan, agar segera melaksanakan program pembinaan kepada masyarakat untuk home stay. Karena di Bada belum ada hotel atau penginapan yang representatif untuk mendukung kunjungan wisata.
“Saya perintahkan kepada OPD yang menangani infrastruktur dan kepariwisataan agar segera memprogramkan pembangunan ruas jalan yang menghubungkan Lembah Bada dan Lembah Behoa, serta jalan dari Lembah Bada ke Lembah Kulawi. Demikian juga dengan Pariwisata agar melaksanakan pelatihan dan pembinaan Home Stay kepada masyarakat agar memberikan efek ekonomi kepada mereka,” ujar Cudi.
Sebelumnya, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Rudi Dewanto selaku Ketua Panitia menyampaikan, pencanangan ini dimaksudkan untuk mewujudkan penetapan warisan budaya dunia Megalit di kawasan oleh UNESCO, serta meningkatkan kemajuan kebudayaan demi tercapainya indeks pembangunan kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah.
“Selaku ketua panitia pelaksana pencanangan, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja keras, kolaborasi dan dedikasi semua pihak yakni, jajaran Pemda Kab. Poso, Stakeholder mitra kerja maupun Masya yang turut berkontribusi dan menyukseskan penyelenggaraan kegiatan ini,” ujar Asisten II dalam laporannya
Selanjutnya, Rudi menjelaskan, adapun tujuan dari pencanangan ini adalah untuk melestarikan situs-situs Megalit yang ada di Sulawesi Tengah, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya megalitik, pengembangan pariwisata, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kolaborasi serta promosi pendidikan.
Potensi tinggalan arkeologis di kawasan cagar budaya Lore-Lindu secara kuantitas berhasil diidentifikasi sebanyak 2007 buah yang terdiri dari 26 jenis artefak yang tersebar pada 118 situs di empat kawasan yang berbeda. Di Kawasan lembah bada terdapat 35 situs, lembah besoa 32 situs, lembah napu 29 situs, lembah palu dan danau lindu 22 situs.
Tinggalan arkeologis terbanyak ditemukan yakni, di lembah besoa sebanyak 825 buah. Kemudian, lembah napu sebanyak 752 buah, lembah Palu dan Lindu sebanyak 244 buah serta di lembah bada sebanyak 186 buah.
Sementara, Bupati Poso, Verna Gladys Inkiriwang mengatakan pencanangan Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit bukanlah sekedar acara seremonial belaka, namun lebih dimaknai sebuah penghargaan atas tinggalan arkeologi yang sarat makna untuk dijaga, dirawat dan dilestarikan, untuk menjadi bukti produk kebudayaan di negeri ini.
Lanjut Bupati Poso, mengajak seluruh masyarakat ditiga lembah Tampo Lore untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan seluruh tinggalan arkeologi megalit ini, agar segera ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO.
Verna juga berharap, keberadaan megalit ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG