PALU –  Dehidrasi (kekurangan air) dari jemaah dinilai bisa membahayakan. Apalagi ditengah kondisi suhu di Mekah masuk dalam kategori ekstrem, rata-rata tembus 40 sampai 50 Derajat Celcius.

Salah satu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) asal Sulteng, drg. Lutfiah, dari Jeddah, Ahad (20/08), mengabarkan, pihaknya selalu mengingatkan kepada jemaah untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, payung, kaca mata, alas kaki, semprotan spray air untuk mencegah panas, serta mengonsumsi air sesering mungkin, minimal tiga liter setiap hari,

“Heat stroke berbahaya kalau terkena dan tidak cepat tertangani bisa menimbulkan kematian,” ucap Lutfia.

Pejabat teras di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu itu, menyampaikan beberapa pesan kesehatan untuk jemaah, yakni tidak mengabaikan sarapan pagi sebelum memulai aktifitas dan membawa bekal berupa makanan dan minuman selama berada di masjid, tentunya makanan yang bergizi, seimbang dan tepat waktu.

“Petugas kesehatan meminta pada Jemaah agar tidak berkunjung di peternakan unta untuk mencegah tertular penyakit Mers-Cov, tidak merokok, istrahat yang cukup kurangi aktifitas yang tidak perlu dan proaktif melakukan konsultasi dengan dokter jika memiliki masalah kesehatan,” pesannya.

Sementara Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) asal Sulteng, di Kloter 09 BPN, H. Ahmad Hadi Rumi, mengatakan, pihaknya sudah tiba di Mekah dengan bus pertama sekitar Pukul 06.00 WAS dan bus terakhir sekitar Pukul 01.15 WAS.

Kata dia, sesampainya di Hotel 809,  rombongan Kloter 09 disambut tim Sektor 8 Daerah Raudhah yang didampingi tim Maktab 62, sekaligus menawarkan bimbingan tawaf umrah malam itu juga yang membuat Jema’ah Kloter 09 BPN melupakan rasa penatnya.

Padahal, kata dia, pihak kesehatan sektor 8 sudah menganjurkan agar jemaah istirahat dulu, tapi mereka sangat bersemangat menyelesaikan ihram dulu.

“Langsung dilakukan tawaf tapi sebagian yang uzur menggunakan kursi roda dan ada juga tidak mengikuti tawaf karena masih kelelahan,” katanya.

Kemudian, perjalanan dimulai dari Pukul 02.30 WAS dari pemondokan Makkah dengan dipandu maktab 62 menggunakan Bus Shalawat yang beroperasi tanpa putus lima waktu Shalat sampai diberhentikan pada tanggal 5 Dzulhijjah  sebelum wukuf, karena pucak padatnya Makkah dengan Calhaj saat itu.

Tawaf dimulai seluruh Kloter yang siap dan selesai sebelum shalat subuh dalam keadaan terpisah menjadi rombongan. Dilanjutkan shalat subuh, kemudian Sa’i per rombongan dan diakhiri dengan Tahallul sesudah terbitnya matahari.

“Cukup melelahkan dalam perjalanan ditambah dengan thawaf dan Sa’i yang membutuhkan tenaga ekstra karena masjid haram makkah sudah mulai padat, maka setelah tahallul Calhaj istirahat hampir seharian di pemondokan,”katanya.

Namun secara umum kondisi kesehatan Calhaj khusus Kloter 09 BPN asal Sulteng dalam keadaan baik. (YAMIN)